Setiap Manusia memiliki ingatan, kecuali orang orang yang sudah dicabut akalnya oleh Allah SWT. Manusia yang berakal normal mampu mengingat semua yang pernah terjadi pada dirinya. Sedangkan manusia yang akalnua sudah abnormal sangat susah untuk mengingat apa yang telah dilaluinya. Atau pun masih mampu mengingat, tapi apa yang diingat sering bersebrangan dengan apa yang dialaminya. Hal ini lumrah ditemukan didalam kehidupan sehari-hari.
Manusia yang berakal normal memiliki minda (daya ingat) berbeda-beda. Ada yang ingatannua tajam Dan Ada pula manusia yang Ingatannya lemah. Lemah atau kuatnya minda seseorang disebabkan oleh Dua faktor; faktor keturunan Dan faktor pengasahan.
Seseorang yang lahir dengan orangtua yang memiliki ingatan kuat, umumnya dianugrahi ingatan yang kuat pula. Sebaliknya, orang-orang yang lahir dari keturunan yang lemah ingatannya, maka unumnya ingatannya lemah mengikuti jalur orang tuanya.
Ingatan yang kuat biasanya akan melemah ketika usia senja. Hal ini sudah menjadi fitrah dari-Nya. Bahwasannya usia tua akaj mengembalikan seseorang akan berkelakuan seperti masa belianya. Tapi bisa jadi ingatan yang kuat akan melemah pada usia muda, walaupun badannya masih tegap, penglihatannya masih terang, Dan jalannya masih Panjang. Faktor yang menumpulkan ingatan seseorang adalah penyakit. Ada tiga penyakit yang Menggerogoti Ingatan.
1. Bermaksiat
Sebagaimana yang telah kami uraikan, bahwasannya hafalan yang kuat merupakan buah pemberian teragubg dari-Nya. Begitu pula dengan daya ingat yang kuat, juga merupakan hadiah terbesar dari Allah SWT. Atas Dua nikmat tersebut Allah perintahkan manusia untuk selalu bersyukur.
Allah SWT., tidak pernah meminta jaminan terhadap nikmat yang dianugrahkan kepada hamba-Nya. Karena apa yang diberikan tidak pernah diminta kembali. Beda hal nya dengan manusia, mereka ketika memberikan sesuatu kepada sesamanya selalu meminta jaminannya. Karena apa yang telah diberikan berharap untuk dikembalikan. Namun Ada juga orang-orang yang memberi secara Ikhlas (tidak meminta jaminan), tapi tetap suatu saat apa yang sudah diberikan menjadi objek ejekan bagi sesamanya ketika terjadi pertikaian.
Meskipun tidak meminta jaminan, bukan berarti manusia suka-suka hati menggunakan nikmat Allah SWT., tapi Ada ketentuannya. Bukankah Allah telah memberikan satu syarat pada setiap nikmat yang telah diberikan-Nya? Dalam firmannya:
" Dan (ingatlah juga), Takala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, Dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih." (QS. Ibrahim :14 : 7)
Bersyukur menjadi satu syarat bagi setiap penerima nikmat Allah. Yang dengan bersyukur atas nikmat yang diberikan, maka Allah akan menambahkan nikmat tersebut. Jika tidak bersyukur maka akan diberikan azab yang sangat pedih.
Azab yang diberikan Allah yang kufur nikmat ada Dua tempat; di dunia Dan di akhirat. Azab yang diberikan di akhirat berupa azab-azab didalam Neraka sesudah melalui proses persidangan. Sedangkan azab yang di dunia bermacam-macam. Di antaranya dicabut keberkahan pada nikmat yang telah diberikan.