Lihat ke Halaman Asli

Suara Hati Suami Bagian 1 "Cinta Kang Ikin Tak Terucapkan"

Diperbarui: 20 Januari 2023   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Suara Hati Suami Bag. 1 “Cinta Kang Ikin Tak Terucapkan”

Jam menunjukan pukul 21.49, hujan gemericik dari siang masih juga belum berhenti menambah suasana semakin dingin. Kang ikin yang biasanya tidak lepas dari HP, entah mengapa malam itu lebih memilih tiduran di kamar depan sambil menyalakan radio. Istri dan anaknya sudah terlelap dibalik selimut dari sehabis Shalat Isya. Ia tanpa sengaja menemukan catatan harian ketika masih muda di lemari buku bagian atas. 

Dibukanya lembaran demi lembaran, dan tatapannya berhenti ketika dilihatnya photo buram seorang pemuda tinggi kurus dengan seragam putih abu penuh coretan. Itu photo dirinya ketika pelulusan dulu, pikirannya menerawang mengingat-ingat kejadian yang pernah dialaminya ketika sekolah 23 tahun silam.

***

Halaman sekolah sudah mulai sepi saat aku tiba di SMA tercinta pagi ini, tidak seorang pun bekeliaran di luar. Bahkan anak kelas lll IPA yang biasanya berkumpul di depan kelas hari ini tidak terlihat. Aku baru ingat hari ini jam pertama pelajaran Matematika, dan gurunya bu Evi yang kiler itu. 

Tapi meskipun kata anak-anak kiler menurutku dia baik, dan yang paling penting pelajarannya bisa kuterima. Aku melangkahkan kaki tambah cepat, agar segera sampai di kelasku yang berada dideretan paling ujung. Benar saja dugaanku, bu Evi sedang berdiri di depan papan tulis sambil memegang penggaris. Aku mengetuk pintu sambil menganggukan kepala.

"Assalamualaikum, pagi buu, maaf terlambat." Kataku sesopan mungkin sambil menunduk.

"Walaikumsalam, ini sudah jam berapa?, niat sekolah gak sih, masa setiap pelajaran saya kamu terlambat."

Bu Evi bicara dengan nada tinggi sambil menatap tajam kearahku. Sejenak aku terdiam tidak berani menjawab, memang bu Evi benar aku sering terlambat pelajarannya, padahal kalau hari-hari lain aku jarang terlambat.

"Tadi di terminal angkutannya pada penuh bu, saya tidak kebagian tempat duduk." Kataku berusaha membela diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline