Lihat ke Halaman Asli

Mempersiapkan Generasi Muda Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Diperbarui: 7 November 2018   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(neosystems.it)

Beberapa bulan terakhir, dunia tengah ramai membicarakan revolusi industri 4.0 (four point zero) atau revolusi industri keempat, terutama di Indonesia. Revolusi  industri 4.0 merupakan sebuah kondisi pada abad ke-21 di mana pada saat itu terjadi perubahan secara besar-besaran diberbagai bidang melalui teknologi yang mengurangi dinding-ding pembatas antara dunia fisik, digital dan biologi.

Revolusi industri  4.0 ini ditandai dengan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot, bioteknologi, internet of things, kendaraan tanpa pengemudi dan sebagainya.

Sebagaimana revolusi industri 1.0 memunculkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh keberadaan mesin uap pada abad ke-18. Selanjutnya, revolusi industri 2.0 ditandai dengan munculnya pembangkit tenaga listrik yang menyebabkan lahirnya pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain.

Kemudian revolusi indudtri 3.0 ditandai dengan munculnya teknologi komputer, internet dan digital yang secara tidak langsung mengubah dunia industri serta budaya dan perilaku setiap orang.

Di Indonesia sendiri, presiden Joko Widodo bahkan telah meresmikan peta jalan atau road map untuk mempersiapkan bangsa Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0. Presiden Joko Widodo berharap dengan adanya revolusi industri 4.0 ini dapat menyediakan lapangan kerja yang banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi.

Untuk menyikapi hal ini, peran guru BK di sekolah juga diperlukan dalam membantu mempersiapkan siswa sebagai generasi muda untuk menghadapi revolusi industri 4.0 itu sendiri. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan melakukan diagnostik dan remedial teaching.

Agar dapat bersaing dan juga dapat mengoperasikan teknologi yang terus bertambah canggih, siswa sebagai generasi muda harus kreatif dan juga inovatif serta cerdas. Untuk memenuhi semua itu, siswa harus memiliki semangat yang tinggi dan kesungguhan dalam belajar.

Bagaimana jadinya jika siswa malas belajar? Sedangkan revolusi industri 4.0 ini menuntut adanya peningkatan sumber daya manusia dari setiap individu atau mau tidak mau mereka akan tertinggal.

Oleh karena itu, untuk megetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa malas belajar, guru BK dapat melakukan diagnosis untuk mengetahuinya. Ada beragam faktor yang sering dijumpai ketika siswa merasa malas dalam belajar.

Contohnya, mereka tidak menyukai mata pelajaran tertentu atau bisa saja mereka tidak menyukai guru mata pelajarannya. proses diagnosis ini dapat dilakukan oleh guru BK dengan cara melakukan wawancara atau observasi terhadap siswa yang mengalami masalah dalam belajar tersebut.

setelah mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa malas dalam belajar, guru BK dapat melakukan remedial teaching untuk memperbaiki atau menyembuhkan siswa yang mengalami masalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline