Hai teman-teman Kompasianer, tahukah anda jika kawasan perairan seperti Danau Toba rawan atau rentan terhadap tanaman perairan yang bersifat penggangu atau gulma/hama seperti Eceng Gondok?
Nah tanaman yang satu ini memang suka banget nie mendiami kawasan perairan seperti sungai dan danau. Namun tidak semua sungai dan danau suka dihuni oleh Eceng Gondok, ada juga ya tidak. Keberadaaan Eceng Gondok yang masif pada suatu kawasan perairan, tentu ada sebab dan indikasi tertentu.
Wah bagaimana jadinya ya jika salah satu Destinasi Super Prioritas ini (DSP Toba) dikuasai keberadaan eceng gondok? Akankah menjadi ancaman/bahaya bagi sektor pariwisata Wonderful Indonesia atau dapat kita jadikan hikmah, peluang/manfaat tersendiri akan keberadaannya.
Jadi teman-teman Kompasianer jangan berfikiran atau ber-statement buruk terhadap si eceng gondok ya! Atau jadi gondok (dalam bahasa gaul berarti dongkol atau marah tertahan) jika melihat dan mendengar eceng gondok ini, sebelum cek fakta atau realitanya.
Nah!Beberapa tahun lalu nie, berdasarkan pengamatan dan studi literatur lainnya, permukaan Danau Toba pernah tertutup eceng gondok yang tampak sudah menyebar ke mana-mana seperti di sekitar Balige, Laguboti, Sigumpar dan Porsea di Kabupaten Toba Samosir, Pangururan di Kabupaten Samosir, Tongging di Kabupaten Karo dan Haranggaol Horisan di Kabupaten Simalungun.
Kejadian ini dianggap menjadi petunjuk atau indikasi telah terjadi kerusakan lingkungan baik di perairan maupun daratan di sekitar kawasan Danau Toba, yang diakibatkan oleh perilaku manusia yang tidak mengindahkan prinsip kelestarian lingkungan.
Pemerintah Kabupaten setempat-pun akhirnya dengan genjar melakukan pembersihan eceng gondok. Pembersihan ini dilakukan setiap tahunnya namun tidak diiringi dengan pembinaan kepada masyarakat lokal terkait pemanfaatan eceng gondok dan peningkatan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan. Akibatnya pembersihan yang dilakukan tidak sebanding dengan pesatnya perkembangbiakan dan pertumbuhan si eceng gondok.
Berbagai aktivitas masyarakat lokal seperti Mandi, Cuci, Kakus (MCK), budidaya perikanan (keramba jaring apung), limbah transportasi air, limbah pertanian, limbah rumah tangga, hotel dan sampah domestik, hingga adanya erosi dan sedimentasi lahan, menyebabkan terjadinya peningkatan kesuburan di wilayah perairan Danau Toba yang memicu pesatnya perkembangbiakan dan pertumbuhan si eceng gondok itu sendiri.
Pesatnya perkembangbiakan dan pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali justru menimbulkan kerugian atau masalah besar seperti meningkatnya pencemaran, mengurangi kualitas air, mengganggu transportasi air, saluran irigasi, keindahan khususnya pariwisata hingga mempercepat pendangkalan danau atau saluran air.
Oleh karena itu perlu adanya penanganan eceng gondok oleh pemerintah setempat. Penanganan bisa berarti pemanfaatan dan pembinaan khususnya bagi masyarakat lokal, pengawasan, alokasi anggaran hingga payung hukum.