Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Farissa

Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

Kata Ibu, Tak Semua Bisa Dinilai dengan Uang

Diperbarui: 6 Desember 2020   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata ibuku; tak semua bisa dinilai dengan uang (foto dokumentasi pribadi).

Banyak pelajaran hidup yang dapat saya petik dari seorang ibu yang telah melahirkan saya, tentang makna kerja keras, pengabdian, doa, impian, rasa syukur, jiwa sosial, ketulusan, keikhlasan, hobi dan semangat. Pelajaran hidup yang berharga yang tidak saya dapat dari sekolah, menjadikan saya mampu mengarungi bahtera kehidupan yang penuh perjuangan dan tantangan.

Ibuku, wanita yang hampir menginjak usia 57 tahun, meyakini setiap kerja keras akan membuahkan hasil dan setiap orang memiliki mimpi di sela doa-doa manisnya. Namun banyak yang lupa jika impian telah terwujud, masih ada sekeliling orang yang membutuhkan tenaga dan juga pikiran kita.

"Untuk itulah saya masih berdiri di sini," kata Ibuku tegas.

Ibuku adalah seorang pendidik, tak betah jika berlama-lama berada di rumah, apalagi anak-anaknya (3 orang) yang sudah beranjak dewasa, sibuk dengan kegiatan dan pekerjaan masing-masing.

"Kalau saya di rumah saja menunggu suami dan anak-anak pulang sambil hanya menyelesaikan tugas rumah saja, saya merasa diri semakin tua dan tidak kerasan," katanya.

Semenjak Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan melanjutkan kuliah di bidang Pendidikan, ibuku sudah mulai bergelut dalam berbagai kegiatan pendidikan dan sosial, seperti membantu mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat di berbagai pelosok daerah di Aceh Barat.

"Kreatifitas dan sejuta energi selalu kusiapkan dalam menghadapi tantangan dalam bertugas. Masa-masa itu kujalani dengan semangat dan motivasi yang tinggi. Banyak keberhasilan yang kuraih, terutama ketika anak-anak didikku berhasil dan masyarakat terbantu, aku merasa sangat bahagia," ucap ibuku.

Sekarang meski tidak seenergik dulu, ibuku membuktikan diri bahwa tenaga dan pikirannya masih dapat disumbangkan untuk mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat kecil. Baginya, bekerja bukan hanya semata mengumpulkan pundi rupiah, ia ingin orang lain bisa merasakan buah manis pekerjaannya.

Berupaya aktif dan selalu bermanfaat di bidang pendidikan (foto dokumentasi pribadi).

"Basic saya memang pendidikan dan sosial. Saya merasakan kepuasan diri dan kebahagiaan yang tak bisa dikalkulasikan dengan uang untuk itu semua. Melihat masyarakat terbantu dengan apa yang saya dan tim lakukan, rasanya tak bisa diungkapkan. Memang sekali lagi, bekerja bukan hanya sebatas bayaran. Saya berupaya untuk memaksimalkan apa yang saya punya untuk mereka," ujar ibuku yang pernah beberapa kali menjadi kepala sekolah di empat daerah yang berbeda di Aceh Barat.

Berupaya aktif dan selalu bermanfaat di bidang sosial kemasyarakatan (foto dokumentasi pribadi)

Saat menjadi kepala sekolah, terselip dibenaknya bahwa sebagai seorang pimpinan banyak tugas yang menantang dan harus diselesaikan. Beliau sadar keberhasilan sekolah yang dipimpinnya sangat dipengaruhi oleh kemampuannya. Perlahan-lahan berbagai strategi mulai ibuku terapkan terutama yang berkaitan dengan peningkatan proses pembelajaran, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pendidik dan pengembangan bakat dan minat siswa. Berbekal ilmu dan pengalaman yang dimiliki, beliau terus bekerja.

Liman belas tahun masa kerja, beberapa penghargaan telah diraihnya, namun beliau mengaku masih merasa belum berharga, terlebih akhir-akhir ini, beliau kerap mendapatkan murid-murid-nya, anak-anak (peserta) didik-nya menghabiskan waktu di tempat permainan atau play station (PS).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline