Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Farissa

Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

Copa America vs Ramadhan

Diperbarui: 21 Juni 2016   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: www.indoberita.com

Tahun 2016 ini Copa America bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Ya! Copa America, ajang mewah pertandingan sepakbola di benua Amerika yang tak pernah kekurangan alasan yang ingar bingar. Kita tahu jika pertandingan sepakbola itu terdiri dari 3 (tiga) babak atau tahap yakni babak penyisihan, semi final dan babak final. Begitu juga dengan Ramadhan juga terdiri dari dari tiga babak/tahap yakni sepuluh pertama berupa Rahmat yang dapat diasumsikan sebagai babak penyisihan. Sepuluh kedua diberikan Maghfirah (keampunan) yang dapat diibaratkan sebagai babak semi final dan sepuluh ketiga dibebaskan dari api neraka (itqum minan nar). Sepuluh akhir ini adalah babak final.

Kita sudah melihat di babak penyisihan Copa America 2016 ini para pemain yang mengikuti perlombaan begitu mengerahkan tenaga-nya berjuang agar lolos ke babak semi final. Seperti inilah kita hendaknya saat berpuasa, mengerahkan tenaga untuk beribadah di sepuluh yang pertama agar rahmat Allah dapat kita dapati sekaligus mempersiapkan diri menuju babak semi final di sepuluh kedua nanti.

Saat ini Copa America 2016 telah memasuki babak semifinal, milyaran pasang mata bola mania di seantero jaga jagad terus mengawali, mempelototi layar televisi (Kompas TV)  untuk setiap laga pertandingan yang akan terus maju untuk bertanding. Seakan-akan bak sebuah drama yang setiap episodenya terus menarik untuk diikuti. Gemerlap para bintang sekelas Alexis Sánchez, Lionel Messi, James Rodriguez atau David Ospnia terus berseliweran di altar persaingan, mereka begitu lebih bersemangat dan berusaha mati-matian untuk lolos ke babak final menjadi pemenang atau juara. Begitu pula orang berpuasa, gunakan kesempatan sepeuluh pertegah untuk juga lebih bersemangat meningkatkan amal amal ibadat, banyak bersedekah, meminta ampunan, agar lolos ke sepuluh terakhir nanti dengan nilai yang memuaskan.

Tahap ke tiga di sepuluh yang akhir adalah pembebasan dari api neraka (itqum minan nar) yang merupakan babak final.  Para pemain Copa America yang lolos ke final harus semakin memperbanyak latihan dan saat berlaga harus berjuang dengan penuh semangat demi memperoleh gelar juara. Begitu juga dengan orang yang berpuasa juga harus memperbanyak iktikaf, menghidupkan malam dengan tahajud dan qiyamul lail demi meraih gelar taqwa. Di babak final inilah nilai dari ujian Ramadhan dan pertandingan Copa America akan diterima, karena di babak final akan diumukan sang juara, kalah dan menang harus siap diterima. Nilai yang diterima sesuai dengan usaha yang telah dilakukan  dari tahap awal sampai akhir yakni dari penyisihan, semi final dan final. Dan yang menang tentu berhak merayakan hari kemenangan.

Ya! Itulah Copa America 2016 sebuah drama sepak bola yang diikuti oleh enam belas (16) tim  dengan para peserta dibagi ke dalam empat (4) grup, yang mana dua tim terbaik setiap grup melaju ke perempat-final atau babak delapan (8) besar. Kita tahu perempat final merupakan tahapan dalam pertandingan untuk menentukan pemain yang harus bertanding pada babak semifinal. Dan hingga kini Copa America 2016 terus menjadi pesona tersendiri bagi penggemar si kulit bundar.

Kehadiran para bintang dengan segala karakter permainan dan gayanya tentu akan menyihir para pengemar sepakbola dunia, termasuk Indonesia tentunya. Hanya saja khusus bagi umat Islam sejagad yang saat ini juga bertepatan dengan saat yang teristimewa, yang barangkali melebihi glamournya sepakbola sekalipun, yaitu waktu-waktu bergulirnya Bulan Suci Ramadhan, sering bergulinya Copa America 2016 dengan nama turnamenya sebagai Copa Centenario.

Bagi umat islam, Ramadhan menjadi bulan untuk mendapat rahmah, maghfirah dan akhirnya mendapat titel itqun minannar atau bebas dari api neraka. Namun sangatlah naïf jika mengabaikan rangkaian ganjaran pahala yang di dapat dengan malah melarutkan diri pada Copa America 2016.

Pelaksanaan rangkaian perlagaan yang mayoritas dimulai pada waktu terbit fajar ataupun  pagi hari hingga saat waktu dhuha, sangatlah berdekatan dengan waktu-waktu umat islam melakukan shalat, baik itu shalat shubuh, shalat dhuha, maupun shalat dzuhur. Apalagi selepas shalat subuh kita dianjurkan untuk bertadarus Al-Quran. Memang Islam menganjurkan umatnya untuk bangun di waktu fajar melaksanakan shalat subuh karena shalat itu lebih baik daripada tidur, apalagi dalam Al-Quran juga dikatakan: "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh.Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Q.S. Al Isra' [17] : 78).

Namun satu yang perlu diingat kita bangun di waktu subuh bukan karena hendak menonton sepakbola. Begitu juga dengan shalat dhuha, disunnahkan untuk kita kerjakan sejak terbitnya matahari sampai menjelang datangnya shalat dzuhur. Apalagi di bulan suci Ramadhan yang pahalanya berlipat-lipat dari bulan biasa. Dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa, “Nabi Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang mengerjakan shalat Fajar (Shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.’ (HR. Turmudzi).

Lantas apa yang patut kita lakukan? Ibarat sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Kita berharap jika moment Copa America 2016 tak menggangu ibadah Ramadhan. Namun lebih dari itu dapat terlaksana seiring sejlan. Artinya jika selama Ramadhan kita rajin bangun shalat subuh bukanlah hanya karena ketagihan tayangan sepakkbola, tapi juga untuk melaksanakan amalan-amalan di bulan yang penuh berkah ini. Kita hendaknya menjadikan jadwal Copa America 2016 yang nyaris setiap pagi itu sebagai kesempatan untuk memaksimalkan ibadah selama Bulan Ramadhan.

Khusus dari sisi olahraga, Copa America Centenario 2016 juga mengajarkan kepada kita tentang sebuah lakon sepakbola yang fair, semangat yang ditunjukkan oleh para pemain dan meletakkan peraturan lapangan hijau sebagai panglima. Sepatutnya apa yang diajarkan tersebut membuka pintu harapan untuk menata diri kembali agar jalan kehidupan berjalan di atas rel kebenaran dan juga membangkitkan semangat kita untuk memaksimalkan ibadah di bulan suci Ramadhan. Semoga! Salam Copa America 2016, Salam Ramadhan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline