Lihat ke Halaman Asli

Islam dan Ahmadiyah, media massa harus bertanggungjawab (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

ke istilah 'Islam', menjadi pertanyaan sederhana, siapa yang tidak kenal kata ini? penulis yakin, semua pembaca di sini tahu tentang Islam, hanya saja, sebagian besar sekedar tahu tentang (pemeluk) Islam dan sedikit saja yang mengenal (ajaran) Islam. masalahnya, mayoritas menyamakan keduanya menjadi satu kata yaitu Islam, nah ini juga berlaku bagi agama selain Islam, yaitu menyamakan antara wilayah personal (individu) dan aspek ajaran agama yang setngah sakral (karena ajaran juga terkadang didasarkan pemahaman individu yang mempunyai kualifikasi tertentu). nah bingung bukan? (berarti tulisan ini tercapai tujuan pertamanya. hehe)

Gerakan Keagamaan atau pemahaman, ambil contoh adalah Ahmadiyah, yang ditingkat daerah tertntu sudah ada larangan. disatu sisi banyak pihak yang menganggap bahwa sikap diam pemimpin ngeri ini karena takut (ini tidak perlu dibahas lebih lanjut) tetapi ada pula yang menganggap sebaliknya. lepas dari perdebatan tentang ini, penulis hendak menuliskan perspektif penulis tentang kasus Ahmadiyah di Cikeusik.

kasus ahmadiyah selama ini disorot sebagai perlakuan negatif Islam (seharusnya Muslim) terhadap kebebasan beragama, apakah demikian?..

mainstream berfikir selama ini adalah ada pihak yang mengkafirkan Ahmadiyah, sehingga ahmadiyah harus dihukum, model berfikir semacam ini akan menempatkan Ahmadiyah sebagai pihak yang didzalimi, dan tujuan akhirnya adalah Islam lainnya yang mayoritas akan mendapat citra negatif. itu yang selama ini dapat saya baca dimedia massa.

loh, terus masalahnya apa? terkadang penulis berfikir, jangan-jangan sikap yang demikian antipati terhadap Ahmadiyah itu dipicu oleh sikap ahmadiyah sendiri? pasalnya, boleh jadi pihak Ahmadiyah adalah yang pertama mengatakan bahwa selain golongannya sendiri, tidak ada golongan atau paham lain yang benar. singkat kata, mereka beranggapan bahwa faham Ahmadiyah dianggap yang benar, selain Ahmadiyah adalah kafir. tidak terbayang bagaimana reaksi yang mendengar langsung.

bagaimana peran media massa?? tentu semua mafhum, orientasi media massa adalah keuntungan, dan keuntungan diambil dari pembaca berita, dan agar dapat menarik  pembaca, kemaslah berita dengan 'baik' dan kalo perlu dibuat 'bombastis'. walhasil, alih-alih menjadi jernih malah suatu maslah yang awalnya sederhana ternyata makin runyam. ah.. ternyata media massa adalah penguasa sebenarnya.. ^_^

adakah orang yang waktu itu berada tempat kejadian yang dapat menuliskan dan membedakan antara fakta dan yang bukan fakta? entahlah....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline