Lihat ke Halaman Asli

Ikhsanuddin Agung Pratomo

Mahasiswa Semester 2 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Persaingan Ketat Menekan UMKM di Tengah Gejolak Ekonomi

Diperbarui: 22 Juli 2024   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Tangerang, 21/7/2024 -- Di tengah gejolak ekonomi yang semakin meningkat, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dihadapkan pada persaingan yang ketat. Banyak UMKM baru yang berdatangan membuat para pedagang harus memutar otak untuk bertahan dari pendatang baru, baik dari sesama UMKM ataupun perusahaan besar. Hal ini menjadi tantangan para pedagang untuk berinovasi dan beradaptasi di situasi yang sulit ini.

Dalam menghadapi keadaan seperti ini, para pedagang dihadapkan oleh dua pilihan. Mereka ingin bertahan hidup atau harus kalah saing oleh para kompetitor. Mereka yang ingin bertahan hidup harus memikirkan ide atau inovasi baru yang dapat menarik hati para pelanggan. Seperti di era digital ini, banyak pelaku UMKM yang mulai memasarkan usahanya melalui e-Commerce. Dengan memanfaatkan teknologi digital ini, usaha mereka dapat terjangkau luas di berbagai tempat serta kalangan.

Namun, ada beberapa pedagang yang masih gaptek dan tidak mau mengikuti perkembangan teknologi. Alhasil mereka yang tetap pada pendiriannya mengalami kesulitan dalam usahanya. Meski begitu, pilihan tetap ada pada masing-masing pedagang mengenai bagaimana cara mereka bertahan.

"alhamdulillah rezeki kan udah ada yang ngatur, biarpun jualannya sama tapi kan rasanya pasti beda," kata Nanang, pedagang kaki lima di sekitaran jalan Swadaya, Tangerang, Sabtu (20/7/2024) sore hari.

Nanang merasa bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, ia percaya bahwa rezeki tidak akan tertukar meskipun terlambat datangnya. Nanang adalah seorang pedagang kaki lima. Ia berjualan bersama istrinya, mereka menjual jajanan "Tahu Pong dan Otak-Otak Krispi". Mereka sudah lima tahun berjualan di sekitaran jalan Swadaya.

Masalah persaingan antar pedagang memang menjadi persoalan rumit, karena antar pedagang tentu mempunyai strategi dan usaha yang berbeda. Dibalik ketatnya persaingan antar pedagang, ada gejolak ekonomi yang kian meningkat. Para pedagang harus mempersiapkan diri lebih lanjut dalam menghadapi persoalan ini. Inflasi yang setiap tahun meningkat berdampak pada keberlangsungan hidup pedagang dan masyarakat luas.

Dikutip dari website Bank Indonesia, pada bulan Juni lalu inflasi negara Indonesia naik sekitar 2.51%. Hal ini berdampak bagi kelangsungan hidup masyarakat dikarenakan barang pokok untuk kebutuhan sehari-hari akan mengalami kenaikan harga, termasuk juga pedagang kaki lima. Mereka akan dihadapkan pada situasi yang sulit lagi.

Adapun dengan inflasi yang meningkat ini membuat daya beli masyarakat menurun. Masyarakat lebih berhati-hati dalam berbelanja dan enggan membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan. Mereka akan lebih memprioritaskan untuk membeli kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan membeli jajanan. Hal ini akan membuat pening kepala para pedagang, dikarenakan daya beli yang menurun sehingga pemasukan yang didapat menjadi berkurang.

Selain itu biaya bahan baku untuk produksi juga meningkat, alhasil pedagang harus memikirkan strategi baru untuk tetap mendapat keuntungan dari usahanya.

"porsi dikurangin, kaya yang tadinya porsi penuh jadi setengah. Bahan dasar untuk pembuatan juga agak dikurangi, namun untuk kemungkinan harga naik tidak ada," tutur Nanang menyikapi naiknya harga bahan baku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline