Bahaya maupun bencana sudah ada sejak zaman dahulu. Bencana pada masa tersebut antara lain banjir yang dialami oleh Nuh dan masyarakatnya. Penjelajahan arkeologis juga menunjukkan bahwa manusia pra sejarah menghadapi resiko sama seperti yang dihadapi manusia saat ini seperti kelaparan, kejahatan dari manusia lain, penyakit, serangan hewan liar, dll. Mereka juga berupaya untuk mengurangi atau memitigasi resiko antara lain dengan hidup atau tinggal di dalam gua (Coppola, 2007).
Memang banjir bukan hal yang baru lagi di dunia ini tetati ada beberapa negara yang memang dengan serius mengatasi banjir hingga akhirnya negara negara tersebut dapat mengendalikan banjir dengan baik kita sebut saja belanda bagai mana mereka bisa membuat daratan dari laut dan mungkin jepang dengan ibukotanya yang dulunya setiap tahunnya hampir terus kebanjiran tetapi dapat di atasi dengan trowongan yang begitu luas dan besar yang berada tepat di kota Tokyo dan dapat mengatasi banjir dengan mudah untuk sekarang ini.
Sesuatu hal yang menjadi harapan bagi masyarakat kota medan sejak lama buakan karna perbinjangan semata tetapi dalam mengikuti kegiatan para calon petinggi dari bangsa ini 2014,2018,2019 hingga 2020 terbebas dari masalah korupsi, tataruang, meledak-meletusnya jumlah kendaraan, hingga menjadi tenggelamnya kota medan adalah permasalahan yang sering terjadi.
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti pada lahan pertanian, permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi karena debit/volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran drainase melebihi atau diatas kapasitas pengalirannya. Luapan air biasanya tidak menjadi persoalan bila tidak menimbulkan kerugian, korban meninggal atau luka-2, tidak merendam permukiman dalam waktu lama, tidak menimbulkan persoalan lain bagi kehidupan sehari-hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam waktu lama, dan sering maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan manusia. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, luas area dan frekuensi banjir semakin bertambah dengan kerugian yang makin besar (BNPB, 2013).
Di Indonesia banjir sudah lama terjadi. Di Jakarta, misalnya, banjir sudah terjadi sejak 1959, ketika jumlah penduduk masih relative sedikit. Banjir Jakarta terjadi sejak 1621, kemudian disusul banjir 1878, 1918, 1909, 1918, 1923, 1932 yang menggenangi permukiman warga karena meluapnya air dari sungai Ciliwung, Cisadane, Angke. Setelah Indonesia merdeka, banjir masih terus terjadi di Jakarta a.l pada 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (kompasiana, 2012; Fitriindrawardhono, 2012).
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, selama musim hujan seperti bulan Januari-Februari, semua pihak (baik pemerintah maupun masyarakat) biasanya khawatir datangnya bencana banjir. Curah hujan pada periode tersebut biasanya lebih tinggi dari bulan lainnya (BMKG, 2013).
Oleh karena itu masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan rawan banjir (bantaran sungai, dataran banjir, pantai, dll) atau yang rutin mengalami banjir, biasanya sudah siap dengan kemungkinan terburuk mengalami banjir, apalagi bila tempat tinggalnya berada dekat tubuh perairan khususnya sungai.
Ada beberapa cara untuk menangani banjir
Membuang sampah pada tempatnya
Menanam pohon atau tanaman di sekitar rumah
Membuat saluran air dengan baik