Lihat ke Halaman Asli

Pu Tek Chi Bersolek Jelang Imlek

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14242576401382211074

[caption id="attachment_397846" align="aligncenter" width="700" caption="Tiau Seng Tong (54), pengurus klenteng Pu Tek Chi di Penagi mengatur letak posisi lampion untuk perayaan imlek. Nampak di belakangnya mesjid Al Mukarromah, gambaran kerukunan umat di Natuna. "][/caption]

Suasana pelantar beton di Kampung tua Penagi, Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri mulai semarak dengan hiasan lampion-lampion merah yang terpasang pada tiang-tiang bambu, Minggu (15/2/2015).

Perayaan imlek yang akan jatuh pada 19 Februari mendatang disambut gembira oleh mayoritas warga etnis tionghoa di Penagi. Klenteng Pu Tek Chi pun kian cantik dihiasi pernak-pernik untuk menyambut tahun baru 2566 (penanggalan Tiongkok) ini.

Jika diperhatikan, sebenarnya bukan karena meriahnya aksesoris yang terpasang di satu-satunya klenteng untuk sembahyang warga di Ranai ini, namun ada satu hal yang menjadikan klenteng ini terasa istimewa. Klenteng yang direnovasi sejak 1982 ini berada persis di samping Mesjid Al Mukkaromah, Penagi.

Jarang memang, atau bahkan bisa dikatakan tidak ada, sebuah rumah ibadah posisinya bersebelahan dengan rumah ibadah agama lainnya. Bahkan pemerintah pun saat ini punya aturan tersendiri tentang jarak antar rumah ibadah. Alasannya, untuk menjaga ketentraman ibadah dan menghindari gesekan antar umat beragama.

Namun Penagi berbeda, jauh sebelum aturan pemerintah itu muncul, masyarakat di sini sudah menjunjung tinggi keberagaman yang ada. Terlihat jelas dari dua rumah ibadah yang saling bertetangga itu.

Mereka pun hidup berdampingan satu sama lainnya, sama sekali tidak ada tembok pembatas sosial warga yang tinggal di lokasi yang merupakan embrio Kota Ranai ini.

Kendati bersebelahan, tidak pernah terdengar umat Kong Hu Chu yang terganggu dengan suara azan, ataupun muslim di sebelahnya yang terganggu dengan hiruk pikuk klenteng. Sebuah toleransi umat beragama yang patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Tiau Seng Tong (54), pria Tionghoa yang memiliki cucu 11 ini mengakui, Penagi dari dulu memang luar biasa. Dijumpai di sela-sela aktivitasnya menjemur cengkeh siang itu, Seng Tong yang sudah lama menjadi pengurus klenteng di Penagi mengaku jika perayaan imlek di Penagi selalu meriah.

Klenteng ini begitu istimewa baginya. Diakui Seng Tong, jika klenteng kayu ini sudah ada sejak ia kecil dan menjadi tempat peribadatan satu-satunya umat Kong Hu Chu di Ranai. Klenteng ini direnovasi dari bantuan pihak swasta pada 1982 yang menjadikannya lebih luas dan representatif untuk beribadah.

"Ya cuma ini saja lokasi klenteng di Ranai, biasanya pada ngumpul di sini untuk sembahyang jelang imlek. Tanggal 18 Februari, sehari sebelum imlek dipastikan klenteng ramai didatangi orang yang akan sembahyang dari sore hingga tengah malam," ujar Seng Tong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline