Lihat ke Halaman Asli

Buku Harian dan Jejaring Sosial

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13802022571082434946

[caption id="attachment_281481" align="alignleft" width="300" caption="dokumen wikipedia"][/caption] Setiap detik di kehidupan dunia ini senantiasa bergerak. Laju perubahan kehidupan dialami oleh setiap mahluk penghuninya, baik itu mahluk hidup maupun mahluk yang tidak hidup. Laju perubahan tersebut terus bergerak tak terbendung, apapun keadaan di detik tersebut perubahan akan terus terjadi. Manusia sebagai mahluk penghuni dunia tidak terlepas dari laju perubahan kehidupan ini. Dari sejak manusia diciptakan, manusia akan mengalami perubahan perjalanan kehidupan.

Perubahan yang terjadi akan terekam dalam memori setiap mahluk yang mengalaminya, sehingga apa yang telah terjadi akan dapat terbaca di kemudian hari. Hal ini terbukti dengan berbagai penemuan para ilmuan yang mampu mengungkap apa yang telah terjadi di masa lampau berdasarkan dengan peninggalan-peninggalan yang ada. Dari peninggalan-peninggalan yang ada, peneliti mampu mengungkap/membaca apa yang telah terekam dari bukti peningggalan tersebut baik hal itu tertulis ataupun tidak tertulis. Seiring dengan perubahan itu, manusia semakin menyadari bahwa kejadian-kejadian yang dialami akan mudah terbaca nantinya jika dituangkan dalam bentuk tulisan, baik kejadian yang bersifat umum maupun pribadi. Tulisan-tulisan yang dibuatpun disatukan dalam sebuah jilidan yang kemudian dikenal saat ini sebagai buku.

Buku yang ada pun saat ini memiliki berbagai jenis dan fungsi masing-masing. Seseorang ada yang mempunyai sebuah buku catatan pribadi yang dikenal dengan nama buku harian. Di era tahun 1970 hingga 1990-an seorang remaja biasanya memiliki sebuah buku harian yang biasa dikenal dengan nama diary. Menurut situs Wikipedia buku harian merupakan catatan kejadian mengesankan yang terjadi di hari itu yang nantinya akan menjadi kenangan masa-masa yang telah dialami tersebut. Selain itu buku harian juga berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan emosi dan perasaan kita yang sifatnya sangat pribadi. Buku harian seseorang tidak dapat dibaca oleh sembarang orang, hanya orang tertentu saja yang dapat membaca buku harian ini. Buku ini menjadi asset pribadi seseorang. Menurut beberapa catatan sejarah, buku harian seseorang dapat mengungkap kejadian misterius yang berhubungan dengan pemilik buku tersebut.

Di era saat ini (tahun 2000-an) masihkan buku harian ini dimiliki oleh kaum remaja? Dari rasa penasaran ini, penulis melakukan survey ringan dengan menanyakan apakah para remaja saat ini masih memiliki buku harian atau tidak. Dari 30 responden yang ditemui secara tidak sengaja diperoleh informasi bahwa masih ada 3 remaja yang memiliki buku harian, sisanya menginformasikan tidak memiliki. Ketika ditanyakan bagaimana mereka menulis atau mengungkapkan emosi atau perasaan yang berkesan pada hari itu, rata-rata menjawab mereka tulis di jejaring sosial (facebook).

Ketika ditelusuri lebih lanjut, memang rata-rata para remaja saat ini lebih senang mengungkapkan perasaan yang dialaminya di jejaring sosial. Mungkinkah saat ini sudah terjadi pergeseran nilai-nilai ataukah standar masyarakat maju yang memang sudah berubah? Jika dahulu ungkapan emosi itu jangan sampai ada orang lain yang tahu, sekarang ungkapan emosi itu justru harus diketahui oleh orang lain. Ataukah fungsi dari BUKU HARIAN saat ini sudah tergantikan dengan perkembangan tekhnologi dengan menjamurnya jejaring sosial, salah satunya adalah FACEBOOK. Mudah-mudahan kita dapat tanggap dengan perubahan ini, baik sebagai guru, orang tua maupun masyarakat sehingga dapat menjadi kontrol sosial di jejaring sosial agar ungkapan-ungkapan emosi yang dituliskan dapat terarah dengan baik sesuai dengan norma Bangsa Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline