"Mami, aku tidur sini malam ini e? Aku suka tidur dekat papi dengan mami." Kalimat polos yang diucapkan Zakirah, sang bidadari mungil, masih terngiang dalam ingatan setiap kali kuingat masa kecilnya yang penuh canda tawa.
Suaranya yang lembut dan polos, meski baru belajar bicara, selalu membawa kehangatan tersendiri di hati. Zakirah Ainiyah Raqwani, keponakan bungsu dalam keluarga besar kami, lahir pada 03 Maret 2017.
Sejak hari pertama, ia sudah menjadi pusat perhatian dan kasih sayang. Di antara 24 ponakan dalam keluarga yang tersebar dari usia dua digit hingga tiga puluhan, Zakirah selalu tampil berbeda.
Ia bukan hanya anak kecil yang menggemaskan, namun juga telah mengalami liku-liku kehidupan yang penuh duka sejak usia dini.
Bayangan masa lalu yang tercipta di ruang tamu rumah yang sederhana selalu hadir saat kami mendengar suaranya memanggil "Mami Papi".
Aku masih teringat betul bagaimana ia selalu berlama-lama di rumah, menghabiskan waktu bermain bersama anak-anak perempuanku yang sudah kuliah dan di bangku SMA.
Seringkali, ia hanya pulang untuk "tete" (minum ASI) dan kembali bermain, seolah-olah ia tahu betapa berharganya kehadiran kami yang selalu siap merangkulnya. Kehangatan keluarga yang begitu erat itulah yang menjadi penopang utama dalam kehidupan kecilnya yang penuh warna.
Namun, takdir seolah menguji keberanian kami sejak tahun 2018. Pada bulan Juni 2018, saat Zakirah berusia sekitar satu tahun lebih, dia dan kakak perempuannya harus menghadapi kehilangan yang sangat mendadak dan memilukan.
Ayahnya, sosok panutan dan pembimbing yang selama ini selalu hadir dalam setiap cerita yang kami dengarkan, harus pergi meninggalkan dunia ini akibat kecelakaan tragis di malam lebaran---atau mungkin saat pembukaan Piala Dunia di Rusia, sesuai ingatan yang masih samar namun begitu menyakitkan.
Kepergian sang ayah bukan hanya meninggalkan lubang yang sangat dalam di hati Zakirah, namun juga mengguncang fondasi kekeluargaan kami yang selama ini menjadi sumber kekuatan dan kehangatan.
Kehilangan tersebut semakin diperparah dengan kepergian sang ibu yang mencari peruntungan sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Arab Saudi pada akhir 2019 hingga 2021. Selama dua tahun yang panjang itu, kami sekeluarga, terutama aku dan istri, dengan rela menggantikan peran ibu untuk merawat Zakirah.