Lihat ke Halaman Asli

Ikhsan Madjido

Menulis, traveling, fotografi

Hamas - Israel Sepakat Damai, Ini Isinya

Diperbarui: 19 Januari 2025   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga Palestina di Khan Younis berkumpul pada hari Jumat, 17/1/2025, untuk menerima makanan dari dapur amal (Omar Ashtawy/Zuma Press)

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akhirnya tercapai, membawa secercah harapan di tengah konflik berkepanjangan yang telah menelan ribuan korban jiwa.

Pada tahap awal, kesepakatan ini mencakup penghentian pertempuran sementara yang dimulai Minggu (19/1/2025) pagi waktu setempat. Sebagai bagian dari kesepakatan, Hamas akan membebaskan sejumlah sandera Israel yang telah ditahan sejak serangan pada Oktober 2023, sementara Israel akan membebaskan ratusan tahanan Palestina.

Langkah ini diharapkan menjadi pijakan awal menuju negosiasi lebih lanjut yang akan menentukan masa depan Gaza pasca-perang.

Selain pertukaran sandera dan tahanan, kesepakatan juga mencakup pengurangan keberadaan militer Israel di wilayah Gaza, terutama di koridor Philadelphi yang berbatasan dengan Mesir.

Namun, tuntutan Hamas untuk jaminan penghentian perang secara permanen masih menjadi isu yang sulit disepakati oleh pihak Israel. Komunitas internasional, termasuk Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, berperan besar dalam memediasi kesepakatan yang diwarnai ketegangan politik di menit-menit terakhir.

Perjalanan Sulit Menuju Kesepakatan

Kesepakatan gencatan senjata ini dicapai setelah berbulan-bulan negosiasi yang sulit, termasuk upaya terakhir yang berlangsung hingga Kamis malam. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunda pengumuman resmi hingga semua rincian diselesaikan, menyoroti betapa sulitnya mencapai kata sepakat antara Israel dan Hamas.

Salah satu hambatan terbesar adalah ketidaksepakatan mengenai daftar tahanan dan sandera yang akan dibebaskan, serta tuntutan Hamas agar perang benar-benar dihentikan secara permanen.

Namun, di balik layar, Netanyahu juga menghadapi perlawanan dari mitra koalisi garis keras dalam pemerintahannya. Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan mundur jika kesepakatan diterapkan hingga fase kedua yang mencakup penghentian perang total.

Ancaman ini menunjukkan betapa rapuhnya posisi Netanyahu, yang harus menjaga keseimbangan antara tuntutan internasional untuk perdamaian dan tekanan domestik dari kubu konservatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline