Lihat ke Halaman Asli

Ikhsan Madjido

Menulis, traveling, fotografi

Meta: Membuli Perempuan Kini Kebebasan Berekspresi

Diperbarui: 8 Januari 2025   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meta membuat perubahan besar pada kebijakan perilaku kebencian (Digital Trends via kompas.com)

Meta, perusahaan induk Facebook, kembali bikin heboh setelah mengumumkan pembaruan besar-besaran pada kebijakan moderasi kontennya. Pengumuman ini datang dengan paket kebijakan baru yang, percaya atau tidak, malah mempersilakan pengguna untuk menyebut perempuan sebagai "perabot rumah tangga" atau "milik seseorang." Ya, Anda nggak salah baca.

Dilansir dari CNN, kebijakan baru ini muncul pada Selasa (3/1/2025) dengan dalih mendukung visi CEO Mark Zuckerberg untuk "kebebasan berekspresi." Tapi, kebebasan macam apa ini? Meta juga membolehkan komentar yang merujuk pada transgender atau orang non-biner sebagai "itu."

Kalau sebelumnya komentar semacam ini langsung dihapus, sekarang mereka malah diizinkan bertebaran. Kebijakan baru ini juga membuka pintu untuk tuduhan tentang "gangguan mental" berdasarkan gender atau orientasi seksual, yang katanya sih sesuai dengan "diskursus politik dan agama."

Tentu saja, pembaruan ini langsung mengundang reaksi keras. Banyak yang bertanya-tanya apakah Meta sedang mencoba menjadi jejaring sosial atau malah platform pelampiasan kebencian.

Selain itu, Meta juga menghapus jaringan pemeriksa fakta independen di Amerika Serikat. Jadi, siapa yang akan memastikan berita palsu nggak menyebar? Meta menyerahkannya pada "catatan komunitas," semacam komentar tambahan dari pengguna lain untuk memberi konteks pada postingan. Ini seperti memberi pisau tumpul pada tukang daging---nggak efektif sama sekali.

Sementara itu, sistem otomatis Meta yang selama ini memindai pelanggaran juga akan disesuaikan. Tapi jangan terlalu senang dulu. Fokusnya sekarang hanya pada pelanggaran ekstrem, seperti eksploitasi seksual anak dan terorisme. Pelanggaran lain yang nggak masuk kategori ekstrem? Ya, bisa jadi lolos begitu saja.

Mark Zuckerberg bahkan terang-terangan mengakui bahwa pendekatan baru ini memang berarti "kami akan menangkap lebih sedikit konten buruk, tetapi kami juga akan mengurangi jumlah postingan dan akun yang salah diturunkan."

Terjemahan bebasnya: "Maaf kalau nanti banyak hal buruk lolos, tapi setidaknya akun nenek-nenek yang cuma salah pencet nggak bakal dihapus lagi."

Juru bicara Meta buru-buru menenangkan publik dengan mengatakan bahwa kebijakan baru ini tetap melarang serangan terhadap kelompok tertentu berdasarkan etnis, ras, atau agama. Tapi, kalau soal gender? Ya, itu cerita lain. Meta bahkan menghapus larangan terhadap pernyataan yang menyangkal keberadaan kelompok yang dilindungi.

Kebijakan ini disambut gembira oleh Donald Trump, yang mengklaim bahwa perubahan ini "mungkin" terjadi karena ancamannya kepada Zuckerberg di masa lalu. Apakah ini benar? Hanya mereka berdua yang tahu. Yang jelas, banyak pakar menilai bahwa perubahan ini berpotensi memicu ledakan klaim palsu dan ujaran kebencian di platform Meta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline