Lihat ke Halaman Asli

Ikhsan Brilianto

Pemerhati kata di luar jam kerja, pemerhati angka di saat kerja

Pahami Channel Bisnis Dulu Sebelum Buka Bisnis

Diperbarui: 15 Agustus 2021   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Perkenalkan saya adalah seorang karyawan yang sudah kurang lebih 5 tahun bekerja di ibukota. Rutinitas saya sebelumnya dihabiskan dengan bekerja di depan laptop. Akan tetapi, adanya pandemi justru memberikan jalan terhadap peluang baru yang saya coba jajaki, yaitu membuka bisnis. Sebenernya, keinginan ini sudah lama ada, tetapi baru dapat direalisasikan sekarang. 

Dalam membuka bisnis aspek apa yang dijual menjadi yang pertama. Ada ribuan pilihan produk maupun jasa apa yang dapat kita bisniskan. Saya kurang setuju jika bisnis adalah berjualan saja. Tetapi sebenarnya dalam kata bisnis ini sendiri terdapat makna yang luas. Bisnis berarti berurusan dan berkomitment. Demikian pula dalam bisnis yang saya maksud. Tidak hanya laba ataupun omset yang difokuskan, tetapi juga kontribusi membantu orang lain. Alasan kedua lah yan kadang membuat saya lebih satisfy terhadap kegiatan yang saya lakukan, seberat apapun tantangannya. 

Bagi saya yang bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan barang konsumsi, saya melihat bisnis yang sekarang berkembang terbagi menjadi dua, yaitu modern dan tradisional. Tidak ada teori yang saya kutip dalam mengidentifikasi jenis bisnis ini, tetapi saya melihat bahwa bisnis yang sekarang ada memiliki dua channel (dengan segala konsekuensi dan cara bermainnya), yaitu modern yang berkaitan dengan ecommerce dan tradisional yang berkaitan dengan ritel. 

Tidak ada yang lebih bagus dari keduanya, kedua channel tersebut memiliki cara bermain yang berbeda. Meskipun targetnya sama-sama konsumen tingkat akhir yang utama. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan perbedaannya, tetapi yang mencolok adalah gimana cara dalam menjaring konsumen dimana ecommerce banyak memanfaatkan online ads dan jangkauan yang lebih luas sementara tradisional masih menggunakan cara manual alias jemput bola, brosur, dan lain sebagainya. Bisnis yang bisa masuk ke dalam channel tersebut pun berbeda. Misalnya, jual galon akan susah jika ditawarkan di ecommerce lhawong kalo ada yang tiba-tiba pesen dari Jakarta sementara barangnya di Jogja akan susah pengirimannya dan tidak worth it. Beda sama jualan baju, tas, dan produk yang ringan dan bersifat specific purposed needs lainnya.

Seperti misalnya saya coba membuka bisnis air minum, saya sadar diri bahwa bisnisnya ada di ranah tradisional channel. Meskipun saya punya basis pendidikan finance dan manajemen barangkali saya kalah sama bapak-bapak yang sudah main duluan di bisnis air. Kalo sekarang knowledge tentang online marketing sangat bermanfaat. Namun, barang kali untuk bisnis ini kerja keras tele marketing atau jemput bola serta negosiasi lebih berguna buat nangkap ikan alias konsumen. 

Saya sempat frustasi pada awal buat bisnis ini karena tidak ada yang beli. Padahal saya sudah mencoba pendekatan bisnis modern dengan iklan di instagram, google dan lain sebagainya. Namun, ternyata justru strategi jemput bola malah sangat efektif. 

Kemudian karena mainnya adalah kuantitas efffort yang dikeluarkan juga lebih banyak. Akan tetapi, saya menyadari dengan sistem konsumen yang baik mereka ini bisa jadi sumber pundi-pundi karena repeat ordernya cepat. Kemudian jika produk yang dijual pun semakin banyak, maka keuntungan yang didapatkan semakin banyak juga dengan utilisasi logistik yang lebih baik. Jadi sudah tahu belum mau jualan di channel apa ? Better to have it clear first, jangan cuma keliatan keren ya karena bisnis harus untung mau semulia apapun tujuannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline