Lihat ke Halaman Asli

Komunikasi sebagai Penyebab dan Solusi Konflik Sosial

Diperbarui: 24 Maret 2021   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak mampu membiarkan inkonsistensi Komunikator penyebab inkonsisten, banyak variasi penyebab inkonsisten meskipun selalu terjadi kemiripan. Karakter komunikator yang abisius untuk disanjung, untuk selalu berada di atas orang lain dan menganggap orang lain selalu rendah di hadapnnya.

Paksaan dan dominasi menjadi alat mencapai harapannya. Wujud harapannya berupa ketamakan atau keserakahan.

Athailah, menyatakan bahwa tidak akan berkembang penyakit pada seseorang kecuali di atas biji ketamakan. Dari ketamakan pejabat terseret ke penjara, orang tidak beriman menjadi perampok, penipu, mafia, dan kejahatan lainnya. Pesan-pesan dari koruptor pemilik karakter buruk berkaitan erat dengan isi pesan yang hendak disampaikan, tujuan, serta media atau sarana yang digunakan. 

Hal tersebut dapat dianalisis dari komunikator yang berada di penjara mengendalikan peredaraan narkoba di luar penjara. Banyak contoh komunikasi dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam kasus pilkada, pemilu, bahkan dalam pemilihan kepemimpinan setiap organisasi, partai, ormas, instansi, selalu ditemukan komunikasi yang dibangun bersifat inkonsisten.

Komunikator ambisius telah mewarnai pesan dan media yang inkonsisten yang menyebabkan kegaduhan dan ketidakharmonisan yang pada akhirnya menjadi konflik horizontal dan vertikal.

Demikian juga konflik pada tataran negara- negara di dunia, seperti di Timur Tengah hancur karena komunikator, pesan, dan media massa dan sarana kominikasi lainnya yang inkonsisten.

Pesan sebagai penyebab konflik pada umumnya para ilmuwan sosial berpendapat bahwa sumber konflik sosial adalah hubungan-hubungan sosial dengan pesan yang menghasilkan berbagai efek komunikasi, baik terencana maupun tidak terencana, seperti pesan politik, dan pesan ekonomi.

Mereka jarang menyoroti sifat dasar biologis manusia sebagai penyebabnya. Ross (1993) menyatakan berbagai kondisi sosial yang dihadapi salah satu pihak yang terlibat dalam suatu konflik biasanya sudah cukup untuk mengungkap terjadinya pertentangan.

Penyebab pertentangan dapat di telusuri atas dasar tingkat organisasi, dan atas dasar tingkat kekompakannya, bahkan juga atas dasar tujuan, dan cara yang digunakan. Konflik atas dasar tujuan dapat dibedakan antara konflik konsensual dengan konflik dissensual.

Konflik konsensual adalah konflik yang terjadi karena merebutkan sesuatu yang bernilai materi sedangkan konflik dissensual adalah konflik yang didasarkan pada sutu tujuan yang dianggap bernilai immateri.

Konflik berdasarkan cara yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari pemaksaan terang-terangan, ancaman, sampai dengan bujukan, misalnya bujukan dari partai-partai politik pada saat pemilihan umum, atau pada pemimpin yang ingin menanamkan kekuasaannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline