Lihat ke Halaman Asli

Khairul Ikhsan

Selamat datang di media masa seputar perkembangan pendidikan

Gaslighting, Manipulasi Licik yang Bisa "Menghancurkan Hidup" Tanpa Anda Sadari!

Diperbarui: 16 Januari 2025   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi yang menggambarkan konsep gaslighting (Sumber : tatianazaets via istockphoto)

Gaslighting adalah salah satu bentuk manipulasi psikologis yang berbahaya, di mana pelaku berusaha untuk meragukan persepsi, ingatan, dan akal sehat korban. Istilah ini muncul dari sebuah drama panggung tahun 1938 berjudul Gas Light, di mana seorang suami memanipulasi istrinya dengan sengaja agar merasa dirinya kehilangan akal.

Dalam drama tersebut, sang suami menggunakan berbagai taktik, termasuk menurunkan intensitas lampu gas di rumah mereka, kemudian membantah perubahan tersebut ketika sang istri menanyakannya. Hal ini menyebabkan sang istri mulai meragukan kesehatannya sendiri.

Pada dasarnya, gaslighting bertujuan untuk mengontrol dan mendominasi korban, seringkali dengan membuat mereka merasa bingung atau tidak yakin dengan persepsi mereka sendiri. Pelaku gaslighting biasanya mengklaim bahwa korban salah atau berlebihan dalam merespon suatu situasi, meskipun kenyataannya korban benar.

Teknik ini sering kali digunakan oleh individu yang ingin mempertahankan kekuasaan atau kontrol atas orang lain, terutama dalam hubungan personal maupun profesional.

Gaslighting dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti memberikan informasi yang tidak akurat, membantah kenyataan, atau bahkan memanipulasi lingkungan sekitar korban. Dengan cara ini, pelaku berusaha menanamkan keraguan dalam diri korban sehingga mereka kehilangan rasa percaya diri dan mulai bergantung sepenuhnya pada pelaku untuk menilai realitas. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan kerusakan emosional yang mendalam pada korban.

Salah satu ciri khas dari gaslighting adalah upaya pelaku untuk meminimalkan atau mengabaikan perasaan korban. Mereka sering kali mengatakan hal-hal seperti "Kamu terlalu sensitif" atau "Itu tidak pernah terjadi, kamu hanya mengada-ada."

Ilustrasi pelaku berusaha memanipulasi situasi pada korban (Sumber: ArtemisDiana via istockphoto)

Dengan cara ini, pelaku berusaha memanipulasi situasi agar korban merasa tidak memiliki dasar yang sah untuk reaksi atau perasaan mereka. Ini dapat menyebabkan korban merasa kebingungan, terisolasi, dan bahkan tidak dapat membedakan antara kenyataan dan manipulasi yang dilakukan.

Korban gaslighting sering kali merasa sangat bingung dan terperangkap dalam hubungan yang merusak. Mereka mungkin mulai meragukan ingatan mereka sendiri atau merasa cemas dan tidak mampu membuat keputusan tanpa persetujuan dari pelaku. Hal ini dapat menciptakan ketergantungan emosional yang sangat kuat, membuat korban merasa bahwa mereka tidak dapat melarikan diri dari situasi tersebut.

Gaslighting tidak hanya terjadi dalam hubungan pribadi, tetapi juga dapat muncul dalam konteks profesional atau politik. Dalam dunia kerja, misalnya, seorang atasan atau rekan kerja bisa menggunakan teknik gaslighting untuk meremehkan kemampuan atau keputusan seseorang. Ini dapat menyebabkan korban merasa tertekan dan kehilangan rasa percaya diri di tempat kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline