Lihat ke Halaman Asli

Khairul Ikhsan

Selamat datang di media masa seputar perkembangan pendidikan

Phantom Vibration Syndrome: Sensasi Getar Palsu yang Membuatmu Terjebak dalam Ilusi Teknologi

Diperbarui: 15 Januari 2025   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi seseorang yang melihat ponselnya dengan ekspresi (Sumber: Artificial Intelligence)

Pernahkah kamu merasa ponselmu bergetar di saku, tetapi saat dicek ternyata tidak ada notifikasi? Fenomena ini disebut phantom vibration syndrome (PVS), sebuah sensasi palsu bahwa ponsel sedang bergetar padahal sebenarnya tidak. Meskipun terlihat sepele, sindrom ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat memengaruhi pikiran dan tubuh manusia secara mendalam.

Phantom vibration syndrome terjadi akibat kebiasaan berlebihan dalam menggunakan ponsel. Otak kita mulai terbiasa dengan pola getaran atau notifikasi, sehingga bahkan tanpa adanya stimulus nyata, tubuh tetap merasakannya. Fenomena ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara teknologi dan sistem sensorik kita.

Sindrom ini bukan hanya sekadar ilusi fisik, tetapi juga merupakan cerminan dari ketergantungan psikologis terhadap ponsel. Banyak orang yang merasa cemas atau gelisah jika tidak memeriksa ponsel mereka dalam waktu tertentu, sehingga otak menciptakan sensasi palsu sebagai bentuk "pengingat". Inilah salah satu alasan mengapa sulit bagi banyak orang untuk benar-benar melepaskan diri dari perangkat mereka.

Para peneliti telah mengungkapkan bahwa phantom vibration syndrome lebih sering terjadi pada individu yang menggunakan ponsel secara intensif, seperti pekerja kantoran, pelajar, atau mereka yang terlibat dalam pekerjaan berbasis teknologi. Bahkan, sebagian orang melaporkan merasakan getaran palsu beberapa kali dalam sehari. Hal ini membuktikan bahwa otak kita telah "terprogram" untuk terus-menerus mencari koneksi melalui ponsel.

Efek samping dari sindrom ini tidak hanya terbatas pada gangguan fisik, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan mental. Orang yang terus-menerus merasa "terhubung" dengan ponsel cenderung lebih mudah stres, cemas, dan sulit fokus pada tugas di dunia nyata. Mereka juga lebih rentan terhadap fear of missing out (FOMO), perasaan takut ketinggalan informasi atau peristiwa penting.

Namun, phantom vibration syndrome bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi. Langkah pertama untuk mengurangi fenomena ini adalah dengan menyadari kebiasaan penggunaan ponsel yang berlebihan. Cobalah untuk membatasi waktu layar, matikan notifikasi yang tidak perlu, dan biasakan meninggalkan ponsel di ruangan lain saat sedang fokus melakukan sesuatu.

Melatih diri untuk lebih hadir di dunia nyata juga menjadi solusi yang efektif. Alih-alih terus-menerus memeriksa ponsel, luangkan waktu untuk menjalani aktivitas yang tidak melibatkan teknologi, seperti membaca buku, berolahraga, atau berbincang dengan orang terdekat. Hal ini dapat membantu otak memisahkan antara kebutuhan nyata dan ilusi digital.

Penting juga untuk memperhatikan kesehatan mental. Jika phantom vibration syndrome disertai dengan kecemasan berlebihan atau gangguan tidur, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapi atau konseling dapat membantu mengidentifikasi akar masalah dan memberikan strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap ponsel.

Gadget memang diciptakan untuk mempermudah hidup kita, tetapi ketergantungan yang berlebihan dapat membawa dampak buruk, seperti phantom vibration syndrome. Dengan kesadaran dan langkah yang tepat, kita dapat mengembalikan kendali atas hidup kita dan menikmati teknologi secara sehat.

Jangan biarkan ilusi getaran palsu terus mengganggu pikiranmu. Ingatlah bahwa hidup yang sebenarnya ada di depan matamu, bukan di layar ponselmu. Lepaskan diri dari belenggu teknologi dan nikmati momen berharga yang tidak bisa digantikan oleh notifikasi apa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline