Lihat ke Halaman Asli

Orang Pintar Lebih Dipercaya Dari Pada Dokter

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di zaman yang serba modern ini masih saja banyak ditemui hal-hal yang lebih mengarah ke sirik, salah satunya berbagai metode pengobatan melalui orang pintar. Tak bisa dipungkiri dibalik kemajuan bidang kedokteran tetap saja orang pintar atau lebih cocok disebut dukun praktek perdukunannya laris manis didatangi pasien dari berbagai kalangan, bahkan orang yang berpendidikan tinggi sekalipun banyak juga yang ikut mengadu ke orang pintar.

Saya prihatin melihat hal-hal ini secara terus menerus masih saja lestari, tak masalah kalau praktek seperti ini memang merupakan pengobatan alternatif yang memang tak menggunakan bantuan setan seperti pengobatan herbal tapi yang jadi masalah kebanyakan pengobatan alternatif yang didalangi orang pintar praktek pengobatannya banak melenceng dari syri'at agama.

Saya akan mencontohkan di kampung saya sendiri, praktek pengobatan lewat orang pintar mengalahkan praktek seorang dokter yang memang mempunyai kualifikasi medis dan berizin. Biasanya jenis penyakit yang ditangani orang pintar adalah penyakit-penyakit berat. Hari ini saya bertemu salah satu saudara pada bagian leher anaknya timbul benjolan yang keras secara tiba-tiba tanpa disertai rasa sakit. Selayaknya dibawa ke dokter untuk penanganan medis dan bisa didiagnosa lebih awal, tapi si anak malah di bawa ke orany yang katanya orang pintar, diagnosa orang pintar penyebab benjolan karena setan, saya juga tidak tahu entah setan mana yang berbuat demikian sehingga muncul benjolan di leher. Saya sarankan untuk ke dokter daripada ke dukun karena lebih cepat lebih baik tapi si ibunya bilang ngga usah ke dokter kalau ke dokter biasanya langsung dioperasi. Lah ini bagaimana ceritanya, kalau memang itu benjolan seharusnya diabuang dari sekarang selagi belum sakit justru bagus kan tapi ini malah menghindari yang namanya operasi dan beralih ke praktek perdukunan.

Itu kasus terbaru yang saya temui hari ini tentang praktek orang pintar, belum genap setahun lalu salah satu sepupu saya meninggal dunia setelah mengidap kanker kalenjer getah bening di lidah selama lima tahun. Kondisinya sangat memprihatinkan, badan kurus kering ditambah kanker yang besarnya sudah menjalar ke leher dan hanya bisa mengkonsumsi yang cair-cair saja.

Kalau saja ditangani dari awal dengan membawa ke dokter mungkin tidak akan separah itu, bayangkan saja mungkin sudah puluhan orang pintar yang didatangi untuk pengobatan. Diagnosanya pun aneh-aneh dan bisa dibilang konyol, tapi dari kesemua orang pintar sependapat ini adalah karena guna-guna, mulai dari akibat mengecewakan seorang gadis hingga gara-gara salah berucap sehingga ada orang yang sakit hati dan melakukan guna-guna. Praktek macam apa ini, menuduh orang lain atas penyakit yang diderita, bukannya itu penyakit sembuh yang ada nambah pikiran dan berburuk sangka kepada orang lain. Gagal diobati oleh orang pintar barulah dibawa ke dokter, melalui serangkaian tes akhirnya divonis kanker kalenjer getah bening stadium akhir dan anehnya meski dokter sudah mengeluarkan vonis melalui serangkaian tes tetap saja keluarga masih percaya dengan diagnosa orang pintar dan kembali berobat ke orang pintar hingga ajal menjemput sepupu saya.

Kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah yang masih kental dengan nuansa perdukunan. Jangankan mereka yang secara pendidikan bisa dibilang rendah mereka yang berpendidikan saja masih banyak ditemui juga ikut percaya dengan orang pintar. Banyak alasan yang dikemukan terkait memilih berobat ke orang pintar salah satunya faktor biaya, sebagian dari mereka menganggap kalau ke dokter itu mahal tapi pada kenyataannya justru berobat ke orang pintar lebih banyak menghabiskan uang karena biasanya si orang pintar/dukun sering minta yang macam-macam dan disanggupi oleh si pasien karena sudah kadung percaya dengan si orang pintar.

Praktek perdukunan di Indonesia memang sudah tak diragukan lagi keberadaannya, jangan di daerah-daerah di perkotaan pun bisa ditemui praktek seperti ini. Lantas siapa yang disalahkan, apakah harus menyalahkan para pasien yang masih percaya metode pengobatan seperti ini. Kenapa kita lebih mudah menemui praktek orang pintar dibandingkan dengan dokter alasannya sudah jelas seorang dokter agar bisa membuka praktek perlu melalui serangkaian tes yang panjang dan harus lulus uji tapi bagaimana dengan praktek orang pintar dengan sangat mudah ditemui karena tidak ada larangan untuk beroperasi apalagi surat izin semuanya bebas. Semoga ke depan ini juga menjadi salah satu perhatian pemerintah, bagaimana pengobatan-pengobatan semacam ini telah jauh melenceng dari nilai-nilai agama dan bisa dibilang menyesatkan.

Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline