Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi Pertamaku

Diperbarui: 22 Oktober 2022   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buku puisi. Sumber unsplash.com/@aromatiche

Ini mungkin puisi pertama yang kutulis untukmu
tapi ini juga puisi pertamaku merasakan kembali hidup
setelah lama dikepung musim-musim yang janggal
malam-malam yang memberiku lebih banyak kegelapan
dan buku-buku yang hanya berkisah tentang kehilangan
saat itu tak ada puisi yang benar-benar dapat kutulis
pergantian demi pergantian berlaluan
tanpa banyak perayaan
orang-orang sibuk menukar hari libur dengan lemburan
dan tak ada kata yang membekas
bahkan untuk dijadikan sajak paling ringkas

Aku sering bepergian ke banyak tempat
kota-kota yang angkuh
gemunung sunyi
sungai yang mengalir dan mati
dan pantai yang merayap dan tenggelam
semestinya ada banyak bait yang membentang di antaranya
namun tak ada puisi yang benar-benar dapat kutulis belakangan ini
dan tak ada yang benar-benar mampu membuatku hidup
hingga sampai pada ketika kau tiba dan bermalam di keningku
aku merasakan semilir angin begitu belia dan manja
seperti sabana yang telah menjumpai hujan pertama
beberapa hal kembali tumbuh dan merekah
atas namamu yang memuisi dalam puisiku

Kau tahu, ini mungkin puisi pertama yang kutulis untukmu
tapi ini juga puisi pertamaku merasakan rindu

Angsana, 15 Oktober 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline