Hampir dua warsa, bulan masih merah
Bukan ia jengkel sepertimu yang tak sanggup melawan waktu
Menggenapi rangrangan pelukmu
Sebab cukup lama kau arsir masa dari setitik menjadi bayangan utuh
Waktu-waktu seperti kehilangan detiknya
Maka biarkan aku menghitung kekalahan
Selama dua warsa, aku hanya meregang dalam kerinduan
Tapi tak ada yang bisa kupeluk selain kesendirian
Aku rangkul gemelugutmu dengan jarak dan kau mendekap sunyi yang ngilu dengan rindu
Hanya itu yang mampu kita lakukan untuk sedikit memecah masa nadir ini
Kita paksakan wajah kita menarik satu garis senyuman untuk sekedar enak dipandang
Bayanganmu perlahan lebur pada musim-musim yang ganjil
Sedang aku tak henti-hentinya dirundung kenang yang menggigil
Aku selalu mencoba untuk mendekap bayangmu sepenuh rindu
Meski dalam kesenyapan
Kemudian tersenyum dan meyakini semuanya akan baik-baik saja
Tapi apa yang lebih menyakitkan?
Kenyataan menolak untuk diabaikan
Dan berakhir dengan rindu yang mematung dalam kepiluan
Satui - Jakarta, Agustus 2021
Ikhlas El Qasr & Maya Azeezah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H