Angin malam menyimpan begitu banyak perjalanan
berembus dan meniup
membawa desau kepulangan dan kepergian
juga sebentuk musim
yang gigil dari seberang
Dan di tepian ini
tak kutemukan lagi dirimu
dermaga yang dingin
hanya melarungkan buih-buih
lalu pecah dan menghilang di permukaan
Layaknya puisi
lautan juga menjadi tempat teraman
bagi kegamangan seseorang
untuk berbagi riak paling rahasia
yang limbung di kepala
Aku seperti ikut terapung
mengisahkan kapalmu berlabuh
mengarungi samudra
dan menambat sekian dermaga
tanpa ada aku di sana
Lantas di dadaku yang masih ombak
hanya kau anggap sebagai kecipak sunyi
dari pulau-pulau tak berpenghuni
juga jejak yang tertinggal dan hanyut
tapi tak menuju ke mana-mana
aku lagi-lagi mendapati diriku
terhempas ke dalam badai yang sama
Berlayarlah yang jauh
seperti lampu-lampu redup di tengah lautan
hingga hilang sesaat sebelum pagi akan datang
barangkali dengan begitu aku akan melupa
tapi dermaga ini masih akan terus meriuhkan dirimu
sebagai amsal tak terbatas
yang lepas dari peluk seorang aku
Satui, 19 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H