Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Dermaga

Diperbarui: 19 Maret 2021   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: unsplash.com - Cassiano Psomas

Angin malam menyimpan begitu banyak perjalanan
berembus dan meniup
membawa desau kepulangan dan kepergian
juga sebentuk musim
yang gigil dari seberang

Dan di tepian ini
tak kutemukan lagi dirimu
dermaga yang dingin
hanya melarungkan buih-buih
lalu pecah dan menghilang di permukaan

Layaknya puisi
lautan juga menjadi tempat teraman
bagi kegamangan seseorang
untuk berbagi riak paling rahasia
yang limbung di kepala

Aku seperti ikut terapung
mengisahkan kapalmu berlabuh
mengarungi samudra
dan menambat sekian dermaga
tanpa ada aku di sana

Lantas di dadaku yang masih ombak
hanya kau anggap sebagai kecipak sunyi
dari pulau-pulau tak berpenghuni
juga jejak yang tertinggal dan hanyut
tapi tak menuju ke mana-mana
aku lagi-lagi mendapati diriku
terhempas ke dalam badai yang sama
 
Berlayarlah yang jauh
seperti lampu-lampu redup di tengah lautan
hingga hilang sesaat sebelum pagi akan datang
barangkali dengan begitu aku akan melupa
tapi dermaga ini masih akan terus meriuhkan dirimu
sebagai amsal tak terbatas
yang lepas dari peluk seorang aku

Satui, 19 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline