Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Pada Hari Ketika Aku Menemukanmu

Diperbarui: 7 November 2020   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: unsplash.com - Vino Li

Pada hari ketika aku menemukanmu. Kau menjadi tempat ternyaman yang pernah aku rasakan. Bunga-bunga bermekaran di tubuh puisiku yang karam akan harapan. Tanpa pernah  mencatat hal-hal kelam yang kerap melintang di garis kesejarahan.

Kita banyak menjarah waktu tidur. Sampai-sampai kita melantur membincangkan bagaimana mengatur masa depan yang belum ada. Seperti nama anak pertama, makanan favorit yang akan kau masak, atau halaman yang berantakan ketika tiba musim gugur. Alih-alih membahas bagaimana kenyataan membuat kita terbentur.

Pada hari ketika aku menemukanmu. Kau juga menjadi sesuatu yang jauh, yang tak pernah mampu kujangkau. Embun-embun terbakar menyengketakan pagi. Sedang matahari terlalu dini untuk membangunkanku dari peluk mimpi-mimpi.

Kita memang sama-sama menjadi selalu ada dari ketiadaan dan ketidakberdayaan kita. Barang sekadar memastikan bahwa masing-masing kita sedang baik-baik saja. Meski kau tahu, kita hanya berpura-pura.

Angsana, 10 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline