Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Mimpi

Diperbarui: 9 Oktober 2020   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 di bawah sisa-sisa retakan rembulan yang
bertengger di reranting pohon randu
kita menyalakan malam yang dingin
mengaransemen lagu-lagu rindu
dengan tarian-tarian purba yang
dipersembahkan untuk sebuah temu

kita bergelayut pada bibir yang mengelugut
mengulum senyum dan
membaca sajak-sajak yang
sejak lama ditempa
di malam-malam yang ranum

pada api unggun dadamu
aku menemukan degup paling mesra
ada instrumen yang menghanyutkan
layaknya sebuah orkestra yang
dimainkan oleh sekelompok bunga-bunga

tapi itu tak berlangsung lama
pagi datang terlalu dini
dan kau pergi
setelah matahari menetapkanmu
hanya sebagai mimpi

Angsana, 07 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline