Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi: Rembulan Setengah Jalan

Diperbarui: 9 Mei 2020   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: unsplash.com/Anderson Rian


malam, di tengah Ramadhan 
sunyi dan rembulan yang gigil 
setelah masjid itu dahaga 
sejak keberangkatan doa-doa dibatasi 
dan orang-orang hanya berlalu-lalang 
pada jalan-jalan yang tak lagi ramah 
lalu pulang membawa dahi yang berkerut 
tanpa bisa singgah 
barang sekadar mengadukan 
harga sembako yang meninggi 
sedang pemasukan yang tak seberapa 
semakin tak seberapa lagi 

di dalam rumah
orang-orang membincangkan resah
tentang rembulan setengah jalan
tapi masih terasa hambar
padahal toples gula telah dangkal
hanya untuk menanggulangi cangkir kopi
pada cicilan pahit yang tak seberapa
karena tiap bungkusnya harus dibagi dua
satu untuk merayakan bulan yang dinantikan
meski harus bergumul dengan kecemasan
sisanya untuk merenungi masa yang entah
seberapa lama lagi harus bertahan

Angsana, 09 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline