aku ingin mengajakmu melancong
berdesakan di terminal
menjejali angkot dengan perasaan kesal
pada kernet yang hobi membual
"Satu lagi berangkat!" teriaknya.
tapi angkot kita tak sedikitpun bergerak
di dalam angkot
kita akan lebih sering membaca jarak
dari kota ke kota, hingga kampung ke kampung
kapan mata memejam dan kapan harus bangun
sebab kita akan terus berpindah ke angkot lainnya
untuk meniti sisa jarak tempuh perjalanan kita
mungkin kita akan singgah sebentar
barang sekadar membeli makanan ringan
meski aku jarang bisa memakannya
tapi mungkin kita akan lebih banyak waktu
sembari kau mengunyah makanan
kita bisa membincangkan hal-hal yang hampir
dan akan terjadi dalam hidup kita
atau aku hanya diam memandangi mata indahmu
kau boleh menjadikan bahuku sebagai sandaran
sepanjang kau bisa
asal aku boleh singgah dan menetap
di mana pun kau akan pulang
tak peduli siapa yang paling banyak merasakan penat
kurasa, semuanya akan menjadi setimpal
pada akhirnya
kita akan menyerah pada kantuk
yang mengungkungi mata
dan mungkin tanpa sadar
kita telah memangku masing-masing lelah;
kepalaku menindih kepalamu
yang mendarat di bahuku
hingga tiba waktu
ketika kita telah menikmati tiap jeda persinggahan
dan mengantongi banyak kisah perjalanan
kita akan pulang menuju kepulangan yang lain
karena perjalanan yang sesungguhnya
masih belum berakhir
dengan atau tanpa angkot
kita akan terus berjalan
melanjutkan hal-hal yang hampir dan akan terjadi lainnya
dan melibatkan kita:
semuanya akan menjadi setimpal
jika pulangmu adalah pulangku
kurasa
Angsana, 03 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H