Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Membagi Matahari

Diperbarui: 22 Februari 2020   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: unsplash.com


Diorama kenangan terpancang
Erat dalam detik
Rindu yang menitik
Berotasi dalam hitungan
Yojana yang berbeda

Aku kadang lupa bahwa bumi berputar
Siang dan malam bagiku hanyalah tumpukan harap
Memacu detak-detik temu
Adhesif dalam pendulum takdir, juga
Notula-notula yang telah digariskan
Ibarat waktu, seperti;
                                 selamat pagi dariku
                                 ketika kau ucap selamat tidur
                                 atau ketika siangku tengah membakar
                                 malammu dingin dihujani salju

Namun kau tahu, tak ada yang bisa memisahkan kita
Gelingsir dari selasar zona waktu
Radian yang ada di setiap belahannya, sebab
Utara, selatan, barat, dan timur, atau di manapun
Matahari tetaplah memiliki sinar yang sama, untuk kita bagi

Angsana, 22 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline