Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Tempat Berpulang

Diperbarui: 5 Februari 2020   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Di antara
Atap-atap yang bocor
Dinding-dinding papan yang berlubang
Lantai-lantai yang keropos dimakan zaman
Dan kasur yang lebih sering basah menadah hujan
Kau tergigil memagut kesendirian

"Aku sering masuk angin sekarang," ujarmu

Namun, sebagai petani dan guru ngaji
Yang lebih sering dirundung sepi
Seorang diri dengan gelimang kenangan
Orang-orang tersayang yang lebih dahulu pergi
Kau masih begitu gigih memapah testamen waktu
Tentang nasihat alam
Bahwa hidup adalah untuk perjuangan
Dan hanya sekadar persinggahan

Lantas, pada ringkih tulang
Dibalut keriput kulit di sekujur badan
Kau arungi senja yang renta
Dengan sebuah harapan;
"Semoga kelak ketika dunia yang fana ini telah kutinggalkan, surga lah tempatku berpulang."

Angsana, 05 Februari 2019

Dokpri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline