Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Diaspora Anak-anak Rindu

Diperbarui: 11 Januari 2020   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: unsplash.com

Sepotong gelisah terbungkus rapi di persimpangan waktu. Memberangkatkan diaspora anak-anak rindu berlabuh menggagas temu. Untuk meminang doa pada tahajjud pertama di bulan yang masih muda.

Lalu, rinai hujan liris mengiringi partitur jiwa yang lirih mengalun. Membasahi resah yang kugelar di sehamparan sajadah. Menyatu bersama monolog rindu yang membincangkan dirimu di titik terendah dalam sujudku.

Kau tahu, ketika sabit itu telah hilang ditelan fajar. Dan subuh mulai keroncongan didera lapar. Aku masih menyebut namamu di penantian paling sabar. Menitipkan harap pada matahari yang membawa arunika paling berbinar.

Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline