Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Sebuah Kebersamaan

Diperbarui: 27 Desember 2019   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Kelak, waktu akan membawa kita kepada banyak hal. Semisal musim angin barat yang menyeret milyaran anak hujan. Meriak, melerakkan hawa dingin di sepanjang perjalanan. Dan kita akan kuyup kebasahan pada jeda-jeda pemberhentian. Di mana gigil lebih sering membuat kita membungkus diri dalam masing-masing pelukan.

Sehingga kita merasa berhutang pada malam yang memberi kita banyak perjumpaan. Di mana kita akan lebih sering mencoba ritual-ritual paling purba dari sebuah kebersamaan.

Di lain musim, kita akan melihat bagaimana angin timur menyediakan sedikit sekali curah hujan. Mendesau, merisaukan kita dengan hawa panas di sepancangan siang pada kemarau yang panjang. Dan kita akan kelimpungan mengulum serapah pada reja-reja embun yang cepat sekali menghilang. Di mana gerah lebih sering membuat kita saling bertukar cawan air es, mengelap masing-masing peluh di kening, atau sekadar saling mengipasi secara bergantian.

Sehingga kita merasa harus berterima kasih pada siang yang memberi kita banyak kesempatan. Di mana kita akan lebih sering mempelajari arti berbagi, meski kita dalam kepayahan.

Kelak, waktu akan membawa kita kepada banyak hal. Entah seberapa besar rintangan yang akan menghadang, kita akan melaluinya bersama dengan penuh kesetiaan.

Angsana, Desember 2019

Dokpri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline