Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Terlambat

Diperbarui: 19 September 2019   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Erangan malam yang jalang
Menggerayangi pori-pori waktu
Kecupan demi kecupannya fasih menaburi lupa
Pada fana dunia yang candu
Hingga tak ada lagi yang tersisa untuk menyambut pagi
Selain lelap sebagai hidangan
yang enggan meniti hari

Cecunguk itu masih memaku kaki-kaki mereka
Pada buncah birahi yang membunuh sunyi
Sesembahan yang dipersembahkan adalah lagu
Tentang nurani yang mati
Dan tergadainya harga diri

Semuanya lantas tenggelam
Dalam cumbu sang malam
Hingga terlelap dalam dekap peluknya
Tanpa mereka sadar
Suatu saat jantung akan berhenti berdetak
Saat di mana napas terakhir yang mereka embuskan
Adalah penyesalan yang penuh kesia-siaan

Pada akhirnya
Detik yang berserakan menguak misteri
Tentang muslihat nafsu
Yang berusaha menyembunyikan lebam dosa
Di sekujur waktu

Namun semuanya telah terlambat
Matahari telah seubun-ubun kepala
Tak ada yang tersisa
Selain kesakitan yang akan menyetubuhi raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline