Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Ngarai Paling Sembab

Diperbarui: 16 September 2019   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Ketika malam tanpa fasih menancapkan kesunyian
Dalam gigil kekelaman
Seorang perempuan tak kuasa menahan kaca-kaca di matanya
Hingga pecah berderai dalam rintih
Runtuh menyepai perih
Lirih dalam merapal hati yang letih

Tetabuhan tangis itu menjamah remah-remah tabah
Secara ritmis mengalun mengiringi langkah kaki-kaki renjana
Lirik-lirik liris menabung kalimat tanya
Pada rentang garis masa
Sampai kapan penantian ini akan berakhir dengan bahagia?

Perempuan itu mematung
Tanpa memahami dingin yang tercipta
Yang membalur di sekujur raga
Keseluruhan hatinya telah terjebak
Dalam ngarai paling sembap
Buncah hati yang begitu dalam akan sakitnya penantian

Malam demi malam terus saja ia lewati
Dengan menggamit rintik-rintik kerinduan
Mengepul ratapan panjang pada kesendirian
Dalam menyanyikan lagu yang sama
Merangkul cemas dan getir di setiap ketukannya
Tanpa mau mengaransemen ulang nada-nadanya

Hingga, geliat pagi mengakhiri nyanyian itu
Dengan pepucuk embun yang menyejukkan
Namun, perempuan itu enggan meniti hari
Dengan menghambur dekap pada kesegaran
Ia, lebih memilih lelap
Sebagai hidangan yang melesapkan kesedihan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline