Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Di Batas Senja

Diperbarui: 6 September 2019   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay

Kita sedang bercengkerama di batas senja. Merenungi cakrawala yang mulai meremang di bibir malam. Kebang bersama bisik-bisik alam yang membias kengerian di jantung kesadaran. Bahwa senja akan tenggelam dan kita pun pulang membawa anak-anak rindu yang dibalut kecemasan.

Sebab, kita tak bisa menjinakkan detak-detak khawatir akan getirnya sebuah kehilangan, setelah langkah-langkah kita saling menjauhkan pandangan. Padahal, malam hanyalah sejumput gelap untuk sekadar merebahkan penat. Bukan merupakan sebuah tabir untuk memisahkan kita dan kehendak.

Ketika malam telah benar-benar menyudahi gempita senja. Kita putuskan untuk menggiring anak-anak rindu ke tempat yang seharusnya, rumah tempat menenun segala resah. Sebagai sebuah kepulangan sementara dari dua hati yang merenda cinta. Juga sebagai dermaga untuk melabuhkan harapan, bersama selayar impian.

Angsana, 06 September 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline