Sejak senja meninggalkan lahan, rintik hujan masih menjalari kesenduan. Lalu manganak sungai di pipi sang malam. Hingga debitnya membanjiri setiap kantong-kantong kerinduan.
Lantas aku terkapar di antara kenangan-kenangan yang mengambang dalam genangannya. Meraung setiap detik, tetap mendamba meski hujan terus menitik, dalam ronta paling mencekik.
Mungkin, sudah saatnya dayung-dayung cintaku mengayuh perannya. Untuk menuntaskan gelora yang mendera dada. Bahwa kau masih menjadi satu-satunya kehendak yang menadi dalam peredaran semesta. Menjadi satu-satunya udara yang mampu menjiwai setiap embus-hela dalam rongga dada.
Kini, dermaga hatimu kutuju, pulau impian yang mencatat adaku dan adamu, satu. Dalam ikatan kebahagiaan. Dan aku selalu yakin, kau masih mendekap harap yang kita gantungkan di langit-langit doa. Bahwa suatu saat nanti kita akan mampu menjangkaunya dalam pertemuan paling padu, akhir dari segala penantian
Martapura, 13 Juni 2019