Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

6 Aturan dalam Penulisan Dialog

Diperbarui: 20 April 2021   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Apa yang kita cari dalam sebuah cerpen atau novel?

Kisah yang menarik, mungkin. Namun apakah menarik jika penulisannya kacau-balau? Saya pribadi, tidak, karena kisah yang menarik jika tidak didukung dengan penulisan yang baik dan benar, tidak akan membuat kisah tersebut jadi menarik. Begitu pula dengan narasi dan dialog. Keduanya harus seimbang dan tentu saja harus menggunakan kaidah kepenulisan yang baik dan benar.

Kali ini secara praktis akan saya kupas mengenai seputar kepenulisan, khususnya tentang dialog. Dialog menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya) atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.

Dialog sering kita temui dalam cerita pendek ataupun novel. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah karya dan cerita menjadi hidup. Tanpa dialog rasanya bagai sayur tanpa garam. Pasti akan sangat membosankan, apalagi kalau narasi tidak dikemas secara apik. Dijamin orang yang membaca akan melewatkan cerita tersebut.

Namun, penulisan dialog tidak boleh sembarangan. Ada aturannya, yaitu kita harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang di dalamnya terdapat pedoman tentang bagaimana cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar.

Secara umum, dialog itu sesudah tanda petik pertama selalu diawali dengan huruf kapital dan sebelum tanda petik kedua, dibubuhi berbagai tanda baca sesua sesuai konteks kalimat dalam dialog. Berikut saya paparkan 6 aturan tentang penulisan dialog yang perlu kita perhatikan.

1. Koma sebelum petik terakhir

Apabila kita menggunakan dialog tag, maka dialog diakhiri dengan tanda koma dan dialog tag selalu diawali dengan huruf kecil.

Contoh:

- "Kopinya enak," kata Hamdi.
- "Iya," kataku.

Catatan tambahan: Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, bertujuan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog.
Ada dialog tag yang netral seperti ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, dan pinta.
Ada lagi dialog tag yang netral sebagai respons seperti sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, dan potong.
Dan ada pula dialog tag yang menunjukkan emosi seperti sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda, teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka, bisik, gumam, dan lirih.

2. Titik sebelum petik terakhir

Apabila tidak ada kalimat lain setelah dialog, maka dialog diakhiri dengan tanda titik. Begitu juga apabila menggunakan kalimat aksi, maka dialog diakhir dengan tanda titik dan kalimat aksi diawali dengan huruf kapital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline