Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Ratu Zaleha, Kartini dari Tanah Banjar

Diperbarui: 21 April 2019   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pintaram.com

Kalimantan Selatan mempunyai seorang wanita tangguh yang sebagian orang tak banyak yang tahu kisah perjuangannya untuk melawan penjajah di Tanah Banjar bumi Lambung Mangkurat yaitu Ratu Zaleha. 

Beliau adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari yang gigih berjuang mengusir Belanda dalam Perang Banjar melanjutkan perjuangan kakeknya yaitu Pangeran Antasari yang merupakan Tokoh Pahlawan Nasional, bisa kita lihat fotonya di pecahan uang kertas Rp. 2000 Tahun Emisi 2016.

Ratu Zaleha lahir di Muara Lawung pada tahun 1880 dengan nama lahir Gusti Zaleha. Ia adalah seorang anak bangsawan, tapi seorang Ratu Zaleha sayang sekali nasib beliau tidak mujur. Kesenangan hidup dan kemewahan di istana sebagaimana umumnya anak bangsawan tidak dirasakan olehnya. 

Sejak kecil sudah merasakan hidup dalam pahit getirnya perjuangan menentang penjajah. Ia ikut ayahnya (Muhammad Seman) berperang dalam gerilya ke sana ke mari.

Ratu Zaleha menikah dengan Gusti Muhammad Arsyad. Mereka berdua berjuang bersama ayah Ratu Zaleha serta wanita-wanita suku Dayak yang sudah memeluk Islam seperti Bulan Jihad atau Wulan Djihad, Illen Masidah dan lain-lain.

Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang dan Bakumpai. Suku Banjar bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad seorang perempuan yang sangat pemberani yang selalu bahu-membahu di medan pertempuran.

Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad yang masuk Islam. Tidak ketinggalan pula mereka memberikan pelajaran baca-tulis Arab Melayu dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar serta memberikan penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.

Ketika Benteng Manawing jatuh pada tahun 1905, ayahnya Sultan Muhammad Seman gugur, Ratu Zaleha sempat mengamuk dan menewaskan sejumlah serdadu Belanda, tetapi ia tetap terdesak Ratu Zaleha terkepung pasukan Belanda. Hutan di sekitarnya dibakar oleh pasukan Belanda hingga menjadi lautan api. 

Di bawah desingan peluru dan kepungan api yang membakar, Gusti Zaleha keluar mempertahankan hidupnya yang terakhir. Rambutnya yang cukup panjang dan disanggul rapi telah putus diterjang peluru. Sedang lengannya yang kiri ditembus pula oleh peluru yang lain sehingga badannya bergelimang darah. 

Baju dan celana compang camping, darahnya mengalir membasahi tubuh, namun air matanya tak pernah jatuh setetes pun menyesali perjuangannya itu. Untuk sementara Ratu Zaleha dapat meloloskan diri dari kepungan maut peluru dan api yang dahsyat. Kemudian lari ke hutan mencari tempat persembunyian ke Lahei dan selanjutnya ke Mia di tepi Sungai Teweh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline