Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Pecah di Bilangan Pecahan

Diperbarui: 24 Januari 2019   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: pixabay.com

Aku pecah di bilangan pecahan saat menjumlah segala mantra harap yang kau rapalkan dan selaksa rindu yang kau embuskan. Pembilang dan penyebut, amuk menggerogoti beranda pikiran. Hingga soak berkabut, butut terkentut-kentut. 

Sudah berapa kali kukatakan, aku tak pantas untuk diharapkan. Namun kau tetap saja abai, acuhkan wanti-wanti yang kusemai, di papan ketik dalam layar gawai.

Bukannya aku tak cinta, lantas menghindar lalu pergi membiarkanmu terluka. Hanya saja aku ingin tenggelam dalam kesendirian bersama sejuta tanya yang bersemayam dalam keping-keping pikiran. 

Seberapa pantaskah aku untukmu?

Bisakah aku membahagiakanmu?

Sial!

Memikirkan itu, aku terlanjur lemas, kehabisan nafas. Ah ... dasar kau pecahan ganas, berdarah panas, pembunuh otak paling beringas.

Angsana, 24 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline