Lihat ke Halaman Asli

Ikeu Rahmadhani Suhada

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

"Marah dan Kemarahan" pada Otak

Diperbarui: 8 Juli 2021   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada kejadian yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk kejadian menyenangkan sendiri jelas kita akan dengan senang hati menerima hal itu, bahkan bisa dibilang kita berdoa setiap harinya untuk mendapatkan awalan  hari yang ‘baik’, namun di sisi lainnya kejadian tidak menyenangkan sangat kita hindari karena kita sendiri sadar hal itu akan membuat kita frustasi, sedih, kecewa, bahkan terancam. 

Seperti contohnya, Anda tidak tahu sebelumnya bahwa saat di jalan pulang, Anda akan beradu mulut dengan pengendara motor yang tidak sengaja menyerempet mobil anda. Dengan padatnya jalan karena kemacetan, dan rasa capek yang Anda rasakan saat di kantor seharian. Hal ini menyebabkan kemarahan karena tidak terima dan secara tidak sadar menjadikan hal itu sebagai pelampiasaan amarah tersebut.

Namun, kejadian seperti itu yang malah  membuat kita terasa menjadi ‘manusia’, sebagaimana kita lebih merasa hidup akan musibah yang kita hadapi, kita juga jadi lebih belajar menemukan solusinya, hingga mengintropeksi diri atas apa yang terjadi.

Untuk itu, sangat penting untuk kita tahu penyebab amarah, dampak amarah pada otak, dan bagaimana cara mengendalikan amarah tersebut.

Di dalam Al-Quran juga menjelaskan emosi marah, yang dimana marah disebut dengan kata “ghilzah” yang sebagai mashdar dari “ghlazha-yaghlizh/yaghluzhu-ghilahan/ghilzhatan”, yang maknanya adalah keras (Ulya, 2020).

Kemarahan mengandung keuntungan dan kerugian, manfaat kemarahan termasuk mengatasi ketakutan dan membangun kepercayaan diri untuk menanggapi bahaya atau ancaman yang mengarah pada respons “lari atau bertarung“ pada otak. Sementara itu, kerugian kemarahan  dapat beresiko besar terhadap kesehatan otak dan tubuh kita, seperti penyakit jantung, stroke, darah tinggi, dan lain-lain.

Kemarahan merupakan emosi umum manusia, yaitu emosi kuat yang biasa disebabkan oleh beberapa bentuk perbuatan salah, perlakuan buruk, atau ketidakadilan. Bahkan rasa tidak terima karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan pun dapat menjadi pemicu perasaan marah itu sendiri. Saat kita marah sekilas kita sadar akan perasaan “apa harus saya ladeni? Apa sebaiknya di abaikan saja ?“ seperti saat kita mencoba untuk tenang terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya.  

Menurut (Hendricks & Aslinia, 2013) , ada dua sumber kemarahan: sumber internal dan sumber eksternal. Psikolog telah mengidentifikasi empat jenis pemikiran yang mengarah ke sumber internal kemarahan:

  1. Penalaran emosional : orang-orang yang bernalar emosional sering menjadi jengkel pada hal-hal sepele yang dikatakan orang lain, dan menganggap hal tersebut sebagai ancaman terhadap dirinya.
  2. Toleransi frustasi yang rendah: kecemasan terkait stress cenderung menrurunkan toleransi individu terhadap frustasi yang kemudian menyebabkan kita menilai hal-hal normal sebagai ancaman terhadap diri.
  3. Harapan yang tidak masuk akal: orang terkadang mengajukan permintaan tanpa mengetahui realitas situasi.
  4. Menilai orang : pelebelan yang merendahkan orang lain. (Loo, 2005, paragraph 4).

Sementara sumber eksternal yang telah dipersempit menjadi empat peristiwa, yakni:

  1. Serangan pribadi dalam bentuk pelecehan verbal.
  2. Memotong ide dan opini orang lain.
  3. Mengancam kebutuhan dasar orang lain (pekerjaan, kehidupan, keluarga, dll).
  4. Tingkat toleransi terhadap frustasi menurun karena faktor lingkungan dalam hidup mereka. (Loo, 2005, paragraph 5).

Apakah pernah terpikirkan oleh kita, apa yang terjadi pada otak saat kita marah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline