Lihat ke Halaman Asli

Ike Sugianto

Psikolog Klinis

Luckiest Girl Alive, Ketika Mila Kunis Dihantui Masa Lalu

Diperbarui: 9 Oktober 2022   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Apa yang akan kamu lakukan sebagai siswa SMA setelah dilecehkan secara seksual oleh tiga orang siswa kaya dan terpandang ? Tiffani Fanelli -diperankan oleh Mila Kunis- memilih untuk melupakannya dan melanjutkan hidup. Memiliki karir yang sukses, berpenampilan menarik dengan pakaian keren dan dalam waktu enam minggu lagi akan menikahi Luke - seorang pemuda kaya dari keluarga terpandang yang mencintainya. Ternyata tidak semudah itu melupakan trauma masa lalu.

Mengacu pada kalimat Faulkner "The Past is never dead", masa lalu tidak pernah mati. Film dengan manis mulai menggambarkan hidup Tiffani tidak seindah yang digambarkan sebelumnya. Film ini diangkat dari novel best-seller Jessica Knoll dan ditayangkan Netflix di tahun 2022.

Sebagai siswi dari ibu tunggal, Tiffani berhasil memperoleh beasiswa ke sekolah bergensi Brentley High School yang kebanyakan siswanya dari keluarga terpandang. Tiffani mulai tertarik bergaul dengan kelompok siswa popular Dean, Liam dan Peyton. Selesai pesta, dalam kondisi mabuk, terjadilah pelecehan seksual atas diri Tiffani. Meskipun didukung oleh gurunya Mr. Larson dan Kepala Sekolah, Tiffani mengurungkan niat melapor kepada polisi. Ia hanya mengadu pada dua orang temannya, Ben dan Arthur yang juga korban perundungan kelompok Dean. Pada akhirnya Ben dan Arthur melakukan penembakan di sekolah. Menewaskan Liam dan Peyton, serta mencederai Dean sampai lumpuh. Tiffani pun tertuduh sebagai kaki tangan meski tidak pernah dikenai tuntutan hukum.

Film ini mengambarkan dengan proporsional yang manis bagaimana rumitnya situasi korban pelecehan seksual. Digambarkan bagaimana Tiffani muda tetap bergaul dengan kelompok Dean, meski ia tidak suka dilecehkan. Ketakutan Tiffani terhadap amarah ibunda yang membuatnya mengurungkan niat untuk melapor. Usahanya untuk mengubur dirinya yang lama, dengan meminta semua orang memanggilnya Ani bukan lagi Tiffani. "I don't know what I am. Or what I pretended who I am." Sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri, Ani belajar untuk selalu kompromi, berperilaku dan berkata-kata yang menyenangkan orang lain.

Sekuat apapun Ani mengubah hidupnya, trauma tetap bekerja di bawah sadar. Ia lebih menyukai kegiatan seks yang kasar. Ia tidak bisa tahan jika diperlakukan dengan terhormat. Dengan kata lain, ia memandang dirinya tidak layak. Ditambah dengan kehadiran Aaron, sutradara film dokumenter yang terus mendekati Ani untuk menggali fakta yang sebenarnya. Juga karir Dean yang meroket sebagai politisi dan terus menjual kisah survivornya.

Trailer Luckiest Girl Alive (Netflix)

Durasi film yang 1 jam 55 menit tetap bisa diikuti dengan ringan. Gambar-gambar indah di kota New York. Setting dan wardrobe juga busana modern yang keren. Proporsi adegan pelecehan, drama dan ketegangan yang terbagi baik sehingga film ini tetap bermakna positif. Sayangnya karena rate +18 tahun, tidak bisa dinikmati bersama anak remaja. Padahal memberi pesan moral : "Hei remaja, gak perlu gaul dengan anak-anak populer, gak perlu jadi populer, kalau untuk itu kamu harus mabuk, ditindas dan dilecehkan". Film ini juga bisa menjadi bahan diskusi bagaimana berempati pada korban pelecehan.

Bagaimana akhir kisah hidup Ani ? Silakan menonton sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline