Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Pendidikan Karakter di Masa Pandemi

Diperbarui: 3 Agustus 2021   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pic from: Pinterst

Pendidikan karakter menjadi aspek penting guna mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan beretika. Keberhasilan pendidikan karater menjadi tanda bahwa sistem pendidikan tidak hanya dilihat dari penilaian kognitif saja. Namun, bukan hal yang mudah untuk mewujudkan pendidikan karakter apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Hampir semuanya di lakukan di rumah saja. Begitu pula dengan sekolah, banyak sekolah akirnya harus melakukan pembelajaran daring. Hal ini tentu bukan hal yang mudah karena pendidikan karakter tidak bisa serta merta di lihat dan di nilai hanya melalui kegiatan online. Hal ini menjadi tantangan untuk para tenaga pendidik dan juga orangtua murid.

Menghadapi tantangan jaman, saat ini adalah Era Revolusi 4.0 yang mana kemajuan teknologi digitalisasi menjadi sangat cepat sehingga penanaman dan penguatan karater menjadi sangat mendesak dan penting. Mudah masuknya nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila tentu menjadi ketakutan tersendiri bagi tenaga pendidik dan orangtua murid. Kemajuan teknologi informatika telah memunculkan gejala- gejala yang kontra produktif dengan jiwa nasionalisme seperti sikap narsisme, hedonisme, pemanfaatan waktu yang terbuang percuma, dan sejenisnya (Masrukhi, Maman Rachman, 2018: 97).

Saat ini saya akui anak-anak dan remaja di Indonesia mulai mengalami krisis moral yang kemudian berdampak pada perilaku sehari-hari. Pengembangan nilai karater siswa seharusnya tidak hanya pada sistem pembelajaran online, ini menjadi tantangan untuk negara. Di twitter banyak sekali contoh nyata dari krisis moral ini. Banyak anak-anak dan remaja yang tidak memiliki etika yang baik kepada guru dan teman-teman sebaya nya. Yang belum lama terjadi adalah banyaknya anak-anak SMA yang bertingkah laku tidak sopan pada saat pelaksanaan MPLS online. Hal ini tentu sangat disayangkan dan menjadi pertanyaan untuk saya, mengapa mereka sangat berani melakukan hal-hal yang tidak sopan di lingkungan umum? Apakah peran orangtuanya dalam mendidik karakter sangat kurang? Atau ini pure karena salah pergaulan?

Lalu, apa saja hambatan yang dialami oleh guru dan orangtua murid dalam penerapan pendidikan karater ini. Yang pertama adalah kurangnya pengawasan guru terhadapa muridnya membuat banyak murid menjadi bertindak semaunya. Yang kedua adalah tidak semua orang tua mampu untuk mengawasi anaknya dalam masa pendidikan daring.

Masalah lain yaitu tidak meratanya akses internet sehingga banyak siswa dan siswi yang tidak bisa fokus mendapatkan pendidikan karakter. Selanjutnya ada juga guru-guru yang belum lihai menggunakan teknologi. Kondisi rumah yang kurang memungkinkan untuk menerima pelajaran, dsb.

Sebenarnya dalam pemebentukan karakter anak, yang paling utama adalah pendidikan karakter yang di mulai dari kedua orangtua dan lingkungan keluarga. Selanjutnya guru akan membantu pendidikan karakter pada ruang lingkup yang lebih luas yaitu sekolah. Namun masih banyak yang menganggap bahwa tugas tersebut adalah semata-mata hanya tugas guru di sekolah saja.

Pendidikan karakter di sekolah jarak jauh haru tetap dalam pengawasaan orang tua dan guru. Salah satu cara guru tetap mengontrol etika muridnya adalah dengan dibuatkan angket untuk penilaian diri. Namun bukan tidak mungkin siswa-siswa memanipulasi data yang ada. Maka dari itu pengawasan dari orang tua akan sangat membantu. Selain adanya angket assasemend dari guru, guru juga bisa memberikan apresiai apabila ada murid yang melakukan hal baik agar anak-anak semakin termotivasi untuk berbuat kebaikan juga. Selain itu, guru dan orangtua murid dapat memberikan reward berupa pujian dan tambahan nilai untuk anak-anak yang dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas sesuai dengan yang di tentukan.

Tanggung jawab pendidikan karakter bukan hanya ada pada guru di sekolah saja, melainkan tugas kita semua sebagai teladan agara anak-cucu kita mampu dan mempunyai karakter berbudi pekerti, berakhlak baik, bertanggung jawab, dan kreatif.

Pendidikan karakter yang berhasil merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan tidak hanya dilihat dari segi kognitif melainkan ada hububungannya dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang tujuan akhirnya adalah menciptakan anak-anak yang mampu menjalankan dan mengamalkan isi pancasila dengan baik dan berintegritas. Semoga pandemi segera berakhir dan anak-anak dapat kembali beraktivitas di sekolah seperti sedia kala dan dapat merasakan pendidikan karakter secara langsung dengan guru-gurunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline