Lihat ke Halaman Asli

Ike Nur Zaini

Hanya Pemain

Kesabaran Pedagang Buah Pinggir Jalan Saat PPKM Diberlakukan

Diperbarui: 19 November 2021   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Dodolan iku kudhu ditelateni, soale mesti ono pasang surute. Opo maneh pas wayah PPKM wingi (jualan itu harus ditekuni, karena pasti ada pasang surutnya.  Apalagi pas masa PPKM kemarin),” ungkap Abrori, pedagang buah musiman di Kota Tegal yang memiliki nama lengkap Ahmad Abrori. Pedagang yang akrab disapa Abrori ini merupakan orang rantau dari Kota Demak, Jawa Tengah.

Sadar dengan peraturan pemerintah yang berlaku selama covid19, ayah dari tiga anak ini hanya bisa mematuhi sekaligus merasakan imbasnya. Pasalnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sering dilontarkan pemerintah pada awal 2021 hingga pertengahan tahun. Dari PPKM yang berlaku, banyak ruas jalan yang ditutup. Salah satunya akses jalan yang digunakan Abrori memasarkan dagangannya.

Bermodalkan dua buah mobil pick up Abrori setiap harinya menjajakan dagangannya dipinggir jalan. Mobil pick up yang masih menjadi tanggungan setiap bulannya terkadang membuat Abrori bingung dalam membagi uang yang didapat. Selain membayar tagihan mobil, Abrori masih harus membiayai anak-anaknya dalam menuntut ilmu serta menggaji dua karyawannya.

“Aku dodolan iku ora arep jupuk untung akeh, kanggoku penting lares (saya jualan itu tidak mengambil keuntungan yang banyak, bagi saya yang penting banyak pembeli),” jelasnya.

Sasaran pembeli dari ayah tiga anak ini adalah semua kalangan. Mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga kalangan atas. Menjual dengan harga yang sedikit miring tentu akan menarik pelanggan. Lain halnya dengan pedagang buah yang memiliki kios, kebanyakan dari mereka tidak akan mengambil keuntungan sedikit. Sudah pasti yang berani mendekat hanya kalangan tertentu. Bahkan kalangan bawah akan minder saat melihat isi dompetnya.

Meskipun demikian, Abrori tetap kesulitan menjual dagangannya pada masa PPKM lalu. Abrori hanya menjual buah yang sedang musim saja. Ayah dari tiga anak ini mengatakan bahwa saat itu sedang musim jeruk tetapi tidak panen raya. Sehingga harganya tidak bisa semurah pada saat panen raya. Ditambah lagi PPKM yang berlaku membuatnya harus memutar otak agar dapat mendapatkan penghasilan yang bisa menutup semua tanggungannya.

Ayah hebat ini tidak ada kata putus asa dalam kamus hidupnya. Sepi pembeli saat bulan puasa menjadikannya menjajakan dagangan baru, yaitu es buah. Ia bersama istri, anak keduanya dan dua karyawannya tetap semangat dalam mencari pundi-pundi rupiah. Menyiapkan bahan es dari pagi, berangkat berjualan siang, hingga malam baru kembali pulang ke rumah kontrakannya. Berjulan es buah hanya ia jalani pada saat puasa saja. Selanjutnya ia kembali pada dagangan pertamanya, yaitu buah musiman.

Semangat Abrori patut diacungi jempol. Ia selalu berusaha dengan tenaganya sendiri tanpa ada sedikit niat untuk meminta uluran tangan dari pemerintah. Padahal ia termasuk orang yang terkena imbas dari peraturan pemerintah yang ada.

“Dodolanku kanggo nafkahi keluargaku dadine aku yakin yen bakal diwenei dalan (jualan saya untuk menfkahi keluarga saya, jadinya saya yakin bakal dikasih jalan keluar),” pungkasnya saat diwawancarai Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline