Lihat ke Halaman Asli

Ikbal Maulana

Jurnalis, Produser

Masa Lalu Itu Bernama Jeng Yah: Gadis Kretek dan Pergulatan Eksistensial

Diperbarui: 6 Desember 2023   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar adegan Dasiyah dan Soeraja di pasar dalam series film Gadis Kretek di Netflix 

Soeraja (Ario Bayu) tiba-tiba tak bisa menahan hasrat mencumbui Dasiyah alias Jeng Yah (Dian Sastowardoyo) malam itu.

Dalihnya, cinta Soeraja pada Jeng Yah menggebu tak tertahankan. Alih-alih melawan, Jeng Yah justru menyambut hasrat Soeraja di atas ranjang kamarnya. 

Percumbuan itu menyeret keduanya dalam konflik masa lalu. 

"Tanganmu wangi tembakau aku suka," tutur Soeraja sambil mengendus tangan Jeng Yah yang memegang rokok dan mengisapnya.

Psikolog sekaligus filsuf asal Prancis Jacques Lacan dalam kuliahnya, The Seminar XI: Four Fundamental Concepts of Psychoanalysis menyebut hasrat selalu merupakan hasrat orang lain yang diinternalisasikan ke dalam diri seseorang melalui bahasa.

Lacan ingin bilang objek pertama hasrat adalah pengakuan oleh orang lain, ia (Jeng Yah) eksis karena kehadiran yang lain atau liyan (Soeraja). 

Jeng Yah yang meng-hasrat-i usaha tembakau ayahnya bertahun-tahun kerap terhalang lantaran dirinya perempuan. 

Pertemuannya dengan Soeraja seolah menemukan makna hasratnya selama ini, kretek. 

Begitupun sebaliknya, Soeraja menemukan makna hasratnya di Jeng Yah, kretek.

Dalam pandangan Jeng Yah, di film itu, bahwa kretek bias gender. Ia berhasrat adanya kesamaan hak atas bisnis di kretek tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline