Lihat ke Halaman Asli

Wanita, Kau Terlalu Mahal untuk Diobral

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya: “Mbk, kekayaan itu tidak menjamin kebahagiaan, lho.”

Teman: “Memang, iya! Tapi mana ada anak gadis cantik di kampung ini, yang menikah tanpa memprioritaskan harta sebagai syarat utama? Si “A” itu contohnya. Ibunya berulang kali menolak pria yang akan mendekati putrinya, hanya karena si pria itu bukan borjuis.”

Itulah sepenggal percakapan saya dengan salah seorang teman, ketika bertemu beberapa hari lalu di rumah saya.

***

Teman: “Say, maaf ya aku tanggalkan kerudungku karena di tempatku bekerja tidak mengijinkan untuk memakainya. Sementara aku harus bekerja untuk menghidupi anakku. Kamu enak ada suami, sementara aku harus berjuang sendiri. Kebutuhanku banyak Say, aku tidak bisa jika berdiam diri.”

Demikian sekilas ungkapan salah seorang teman, saat kami tidak sengaja berjumpa di tempat dia bekerja.

***

Saya: “Kok malem gini masih belum tidur, Mbk?”

Teman: “Iya Mbk, ini aku masih kerja. Aku jadi bartender di tempat karaoke. Demi sesuap nasi, gitulah!”

Itulah sepenggal chat bbm saya dengan salah seorang teman yang baru saja saya kenal beberapa waktu yang lalu.

***

Teman: “Ikaaaa.., kamu lihat gak, sih, si “A” sekarang? Aku kaget banget liat foto-foto yang dia pasang di FB. Sepertinya sekarang dia jadi model majalah pria dewasa, pake lingerie, gitu.”

Kaget saat saya melihat dengan mata kepala sendiri, karena ternyata apa yang dikatakan teman saya itu benar adanya. Sahabat saya itu sudah benar-benar jauuh berbeda. Dia tidak sama dengan yang saya kenal sebelumnya. Wanita berkerudung yang sempat punya keinginan untuk bercadar itu pun telah menaggalkan hijabnya. Bahkan, juga rasa malunya. Mungkin juga demi harta. Astaqfirullahaladzim.

Miris, mendengar dan melihat fenomena-fenomena itu.

Tapi itulah realita yang terjadi jaman sekarang. Mungkin bukan hanya di kampung saya, tapi prinsip seperti itu sudah marak menjalari sebagian besar orang. Dan inilah wujud nyata dari sebentuk pola matrealistis yang menjadi awal kerusakan dalam kehidupan.

Bukan maksud ingin menghujat, namun saya hanya menyayangkan, kenapa semudah itu wanita menggadaikan keimanan demi harta yang sedikit?

Demi uang, wanita rela menjual harga dirinya. Ia rela menanggalkan rasa malunya demi meraup kebahagiaan semu dunia. Banyak pula wanita yang menjual cintanya demi harta. Laksana komoditi, wanita jadikan tubuhnya untuk kebahagiaan yang tidak abadi.

Uang... Uang... Uang dan uang!

Itu yang sering menjadi alasan. Se-fundamental itukah peran uang dalam kehidupan kita, sehingga membuat banyak wanita menjual keimanannya? Kalau jawabannya, iya. Lalu apa harus keimanan itu yang kita jadikan sebagai tebusannya?

Wanita, kau terlalu mahal untuk diobral.

Tidakkah, kita lupa Allah-lah pemilik langit, jagad raya dan segala isinya? Dia berkuasa untuk memberikan sebagian karunia-Nya kepada siapapun yang dihendaki-Nya.

Jika kau gadaikan keimananmu atas nama harta, tidakkah kau takut jika Allah akan murka?

Teringat kisah seorang tunasusila yang hingga berusia 60tahun tetap menjalani profesinya untuk mencari harta. Ya, dia butuh uang. Dan setiap orang membutuhkannya. Demikian juga saya.

Namun apa yang beliau dapat? Hingga berusia senja, bukan bergelimang harta yang ia rasa, melainkan ia merana melihat kenyataan hidup tinggal di rumah berukuran 2x2!

Bukankah itu sudah cukup mejadi pelajaran bagi kita? Bahwa mencari harta dengan cara yang tidak diridhoi-Nya tidak membuat kita akan kaya. Yang ada, kita akan sengsara. Sengsara karena kita telah durhaka terhadap-Nya. Sengsara di dunia karena kita melanggar syariat-Nya. Dan jangan sampai di akhirat pun kita menderita karena tidak kembali kepada ketaatan kepadaNya.

Dan untuk para wanita berparas cantik...

Jangan menjadikan tubuhmu yang menarik sebagai alat, agar banyak pria melirik. Karena mereka hanya akan mengajakmu ke diskotik untuk kencan asyik.

Ingatlah, kau bukan komoditi yang layak dinilai dengan uang walau itu mungkin ‘se-peti’. Saat kau buat pria menilaimu hanya karena rupa, tidakkah kau ingat bahwa suatu saat kau akan menua?

Jika itu terjadi, lalu dimanakah nilaimu lagi?

Wanita...kau bisa menjadi lebih indah, dengan menjadi Wanita Sholehah.

Sungguh hanya iman yang tertanam di dalam hati, itulah kecantikan yang lebih hakiki.

Kecantikan rupa akan pudar dimakan usia, namun keelokan hati akan abadi.

Jika iman dan taqwa yang menjadi modal untuk mencari cinta, maka insyallah bahagia itu akan kita rasakan selamanya. Ya, bahagia yang sesungguhnya, bukan kebahagiaan yang direkayasa dan bersifat sementara.

Tak perlu khawatir jika banyak pria mencibir. Tak perlu mengeluh jika para pria pun akan menjauh.

Percayalah, jodoh itu tiba sesuai dengan bagaimana kwalitas diri kita.

Sebagaimana yang telah dijanjikan Allah dalam firman-Nya:

خـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Insyallah dengan kuasa-Nya akan datang suatu masa, dimana Allah kan hadirkan sosok pria sholeh penyejuk jiwa, yang mampu mencintaimu apa adanya. Bukan karena rupa, tapi karena Allah saja. Dan akan membuatmu merasakan kebahagiaan kekal abadi selamanya dalam ridho-Nya.

Untuk wanita mulia yang telah diamanahi anak-anak yang terlahir dari rahimnya...

Sekali lagi, sungguh yang kita butuh sebenarnya hanyalah keridhoan-Nya. Dengan ridho-Nya keberkahan hidup akan diberikan kepada kita. Saat keberkahan itu ada, maka segala yang kita butuh insyallah akan tersedia. Karena Allah Sang Pemelihara. Ya, hanya Dia pemelihara Terbaik bagi setiap hamba-Nya yang bertaqwa.

Wanita, percayalah anak-anak kita pun dalam pemeliharaan-Nya. Allah mengamanahkan mereka kepada kita insyallah akan dititipkan pula jatah rizkinya. Tak usah khawatir jika takdir membuat kita hidup terpisah dengan suami kita. Karena pada hakikatnya, dia sama seperti kita makhluk pencari rizki-Nya. Jadi, tak perlu jadikan anak kita “alat” untuk kita membuka aurat.

Wanita, marilah berusaha memupuk iman dan takwa. Jadikan Allah satu-satunya tempat bergantung dan meminta. Cukuplah Allah sebagai pemelihara terbaik dalam hidup kita.

Carilah keridhoan-Nya, insyallah keberkahan dan kecukupan akan diberikan-Nya kepada kita.

Jadi tak ada kamus yang membuatmu harus terjerumus.

Tak perlu jual murah harga diri untuk jadi modal...

Karena sungguh... Wanita, kau telalu mahal untuk diobaral....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline