Lihat ke Halaman Asli

Ika Trina Fauziana

Guru SD, ibu rumah tangga dengan 2 orang anak

Pembelajaran Deferensiasi

Diperbarui: 10 November 2021   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Deferensiasi dari kata itu kita melihat bahwa pembelajaran yang kita lakukan adalah berdasarkan perbedaan. Perbedaan apa saja yang ada di dalam kelas akan kita jabarkan disini, perbedaan yang ada di dalam kelas antara lain adalah perbedaan pribadi siswa, perbedaan asal usul siswa, perbedaan pengetahuan, perbedaan perlakuan di keluarga. perbedaan perbedaan yang ada tersebut sebagian yang melandasi adanya perbedaan di dalam kelas. Jika di dalam kelas kita mempelajari materi yang sama maka hasil pembelajaran yang kita harapkan berupa tujuan akhirnya pun harus sama. Kendala yang di hadapi saat menuju tujuan pembelajaran yang diharapkan akan sama tetapi adanya perbedaan perbedaan yang mendasari tersebut lah maka kita akan membuat sama jalan yang dilaui dalam pembelajaran sehingga tujuan akhir yang diharapkan juga bisa sama. Pembelajaran deferensiasi yang kita lakukan terdapat perbedaannya di dalam kelas yaitu perbedaan cara menguasai materi yang di pelajari, cara yang digunakan mengapa berbeda karena kita harus memperhatikan kesiapan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Jika kita sudah mempersiapkna siswa dengan memetakan kesiapan belajar mereka maka langkah berbeda pun dapat diterima dan dilaksanakan oleh siswa dengan menyenangkan. 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Apabila kita akan menerapkan pembelajaran Berdeferensiasi maka kita harus menyiapkan terlebih dahulu langkah langkah yang akan kita lakukan sebelum melaksanakan pembelajaran, kita harus bertanya pada diri sendiri tentang beberapa hal berikut ini, yaitu : 

  1. Bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu?
  2. Apa yang saya ketahui tentang latar belakang murid saya, pembelajaran sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka?
  3. Apa yang saya ketahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka?
  4. Apa yang saya ketahui tentang profil belajar murid saya? Apa gaya belajar yang disukai oleh mereka?
  5. Bagaimana saya bisa menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif?

Saat awal menerima materi Pembelajaran berdeferensiiasi pada poin satu terdapat pertanyaan bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu?, bayangan yang ada benak saya adalah kita harus menyusun pembelajaran yang bisa mengenal dan mengena pada 26 siswa yang saat ini ada di kelas saya. Ternyata hal tersebut adalah satu miskonsepsi dari pembelajaran berdeferensiasi. Kita melaksanakan pembelajaran tidak harus merancang pembelajaran yang berbeda untuk 29 karakter siswa yang berbeda tetapi kita harus mengetahui kesiapan belajar mereka.

Bagaimana cara kita mengetahui kesiapan belajar mereka? kita bisa memetakan kesiapan belajar mereka dengan memberikan pertanyaan panacingan sesuai dengan kesiapan belajar siswa, minat siswa dan profil siswa. Kita harus membayangkan dan mengingat pada kemampuan yang siswa miliki yang ada di dalam  kelas, contohnya adalah :

  • Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas kita?
  • Apakah kita mengetahui kekuatan mereka?
  • Bagaimana gaya belajar mereka?
  • Apa minat mereka?
  • Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas ?
  • Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok?
  • Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok?
  • Siapakah yang level membacanya paling tinggi?
  • Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka?
  • Siapakah yang paling senang menulis?
  • Siapakah yang lebih senang berbicara?

dari bayangan yang ada tersebut kita dapat memetakan kesiapan belajar mereka, dengan 3 cara yaitu : Mengetahui kesiapan belajar siswa, mengetahui minat siswa, dan mengetahui profil belajar siswa. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. 

Pemetaan kebutuhan belajar siswa langkah pertama bisa dengan Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47). 

Langkah kedua dengan memtakan sesuai dengan minat belajar siswa, Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar; mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar. Proses Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).

Langkah lainnya dalam memetakan kebutuhan belajar siswa  adalah dengan Profil Belajar siswa. Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Profil belajar siswa terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

  • Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.
    Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
  • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
  • Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana siswa memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
  • visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );
  • auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
  • kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Mengingat bahwa siswa-siswa kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
  • Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.

Langkah pemetaan yang telah saya praktekkan di kelas adalah  dengan memetakan kesiapan belajar siswa dengan minat belajarnya. Minat yang saya pilih disini adalah Karya, seni, dan teknologi. Karya adalah siswa yang suka atau minatnya dengan membuat barang atau berkarya menciptakan suatu produk yang dapat di gunakan untuk mempresentasikan atau mewakili materi yang telah di dapat bersama guru. Kelompok seni adalah kelompok siswa yang minatnya pada hal seni contohnya membuat gambar, lukisan ataupun membuat karya berupa seni bersama kelompok mereka. Kelompok ketiga berdasarkan teknologi, kelompok ini adalah kelompok yang mana selalu memnfaatkan teknologi mereka untuk mendapat pengetahuan baru ataupun mereka membuat liputan tentang 2 kelompok lainnya menggunakan alat yang mereka punya untuk dapat membuat karya berupa Vidio tentang materi yang telah di terima. Contoh pemetaan yang telah dilakukan 

Minat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline