Lihat ke Halaman Asli

Ika Sunarmi

Guru dan Penulis

Gerimis di Sudut Senja

Diperbarui: 17 November 2020   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu adalah seorang yang sangat istimewa dalam hidupku. Beliau adalah sosok wanita yang sederhana. Perawakannya sedikit gemuk. Sedangkan usianya sekarang sekitar 46 tahun.

Ibu suka memakai celana panjang, entah bepergian atau di rumah saja. Satu hal yang jarang dilakukannya adalah berdandan. Beliau lebih sering tampil sederhana. Jadi ibuku cantik alami. Beliau juga jarang memanjangkan rambutnya sampai sepinggang. Paling sampai sebahu sudah dipotong lagi.

Ibuku adalah seorang yang bijaksana, tak pernah memaksa kehendak kepada aku dan adikku. Beliau juga ibu yang disiplin, kalau saat jam belajar, ibu tak pernah memberi aku izin untuk main.

Ibuku selalu mengajarkan tata krama kepada aku dan adikku. Beliau selalu menjunjung tinggi sopan santun. Misalkan saja ada tamu entah sengaja atau tidak, aku atau mungkin adikku berlaku tidak sopan sedikit saja, jangan harap ibu tidak marah. Ibu nggak mau melihat anaknya berlaku tidak sopan. Ibu juga tidak suka melihat barang- barang yang berantakan. Beliau selalu menjaga kebersihan, kalau pagi aku nggak bersih-bersih ibu marah. Pernah suatu hari aku nggak menyapu dan ternyata ada tamu. Setelah tamu itu pergi ibu marah padaku, aku takut kalau ibu marah. Meski nggak pakai kekerasan. Ibu selalu ngomong "apa kamu nggak malu, kalau dikatakan orang, eh......itu lho anaknya si A orangnya pemalas," kata-kata ibu itu selalu aku ingat.

Aku sangat bangga kepada ibu. Beliau membuatku kagum. Ibu selalu aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Ibu benar-benar membuat aku kagum dan bangga. Jujur saja aku pun ingin seperti ibu. Menjadi wanita yang aktif.

Tetapi ada satu hal yang membuat aku bingung, sikap ibu yang akhir-akhir ini berubah, ibu lebih pendiam, tetapi beliau mencurahkan perhatiannya kepadaku. Seolah-olah beliau takut akan kehilanganku. Aku nggak tahu kenapa ibu jadi begitu. Lagian toh aku juga nggak pergi kemana-mana.

Suatu sore ketika aku dan ibu sedang bersantai di rumah. Ada seorang tamu yang tidak diundang datang ke rumah. Seorang ibu setengah baya dengan penampilan yang elegan tersenyum ramah. Aku bingung siapa sih orang itu? Selama ini kami jarang kedatangan tamu asing yang tidak kukenal sama sekali.

Ibu mempersilahkan tamu itu duduk dan segera menyuruhku untuk membuat minuman. Aku menuruti perintah ibu.

Ibu tengah asik ngobrol dengan tamu itu. Seolah-olah mereka sudah lama saling kenal. Sejenak mereka berhenti bercakap-cakap ketika aku keluar membawakan minuman. Mereka mengalihkan perhatian ke arahku. Aku merasa kikuk.

"Silahkan diminum," selaku memecahkan keheningan. Tamu itu hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum ramah. Ibu hanya menatapku sekilas tanpa berniat memperkenalkanku pada tamu itu.

Aku kembali ke dapur. Kubiarkan ibu dan tamu itu melanjutkan obrolannya yang sempat tertunda karena kehadiranku. Aku menyibukkan diri di dapur tapi pikiranku sedikit terusik. Aku sangat penasaran, kok ibu ngobrolnya serius banget. Tapi segera kutepiskan pikiran itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline