Lihat ke Halaman Asli

Point of No Turning Back

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris, kecewa, sedih dan kuatir juga takut, mungkin itulah yang kita rasakan ketika mendengar banyaknya berita tentang pergaulan bebas remaja jaman sekarang. Akhir-akhir ini kita semua diresahkan dengan banyaknya berita tentang remaja yang terjerumus dalam perilaku seks di luar nikah, menjadi pecandu narkoba dan lain sebagainya. Bukan hanya dari media, tapi hal ini juga terjadi di lingkungan sekitar kita. Sudah berapa sering kita mendengar atau melihat ada remaja di sekitar kita yang harus nikah muda karena sudah “isi”duluan, atau anak tetangga atau bahkan keluarga kita sendiri ada yang menjadi pecandu narkoba?. Ketika mendengar berita ini apa yang kita pikirkan?. Ada kalanya kita menyalahkan mereka, menyalahkan orangtuanya, atau kadang menyalahkan pergaulannya. Akan tetapi tidak jarang juga mereka berasal dari keluarga baik-baik, mapan dan mendapatkan pendidikan yang baik terutama pendidikan agamanya. Lalu apanya yang salah?

Point of no turning back

Adalah suatu titik dimana seseorang telah mencapai level tertentu dan tidak akan bisa kembali ataupun mengulang dari level terendah. Misalnya seseorang pecinta makanan pedas. Awalnya, untuk semangkok bakso, dengan satu sendok sambal dia akan merasa pedas. Namun setelah beberapa kali mencoba dia akan terbiasa, sehingga untuk mencapai sensasi pedas dia harus menambahkan dua sendok sambal. Begitu seterusnya.

Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan juga begitu, awalnya bisa memandang orang yang disukai rasanya seperti kesetrum listrik 1000 volt, namun setelah terbiasa maka tegangannya akan turun. Untuk mencapai sensasi kesetrum 1000 volt maka mereka berpegangan tangan, dalam jangka waktu tertentu karena sudah terbiasa voltase menurun, lalu berlanjut berpelukan dan seterusnya sehingga melakukan hal-hal yang belum seharusnya dilakukan. Dan susahnya, ketika dengan pacar pertama sudah mencapai level tertentu, maka ketika berganti pasangan, jangka waktu penurunan voltase akan semakin singkat sehingga akan lebih cepat tergoda melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan norma yang berlaku.

Untuk mencegah hal tersebut maka sebaiknya tidak membiasakan diri melakukan yang tidak seharusnya. Untuk para remaja yang sedang berpacaran, bahkan dengan alasan persahabatan sekalipun, jangan membiasakan diri bersentuhan dengan dengan lawan jenis. Cukup berjabat tangan pada momen tertentu. Jagalah point of no turning back mu dalam level terendah, sehingga bisa menjaga kekudusan dan tidak tergoda melakukan pergaulan bebas.

Begitu juga dengan narkoba. Biasanya para pecandu narkoba berawal dari coba-coba. Terlebih di usia remaja yang penuh rasa ingin tahu. Jika ada teman yang menawarkan, banyak remaja yang akhirnya ingin mencoba karena terlena oleh rayuan temannya yang mengatakan bahwa sekali saja tidak akan membuat ketagihan. Terlebih mereka sering mendengar larangan menggunakan narkoba. Karena penasaran maka mereka justru coba-coba dan akhirnya terjerat di dalamnya. Oleh karena itu, untuk semuanya, sepenasaran apapun, jangan pernah mencoba narkoba. Sekali saja zat terlarang itu masuk dalam tubuh kita, ia akan merusak seluruh hidup dan masa depan kita.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua atau keluarga yang memiliki anak usia remaja?. Marilah kita bangun komunikasi yang baik dan efektif dengan anak-anak itu. Jangan hanya memberi larangan, perintah atau menyalahkan tapi juga berikan pengertian yang jelas. Terlebih lagi, jangan pernah lupa mendoakan mereka agar mereka terhindar dari pergaulan yang buruk, karena mereka adalah harapan kita di masa depan...

KATAKAN TIDAK PADA SEKS DI LUAR NIKAH DAN NARKOBA!!!

Salam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline