Lihat ke Halaman Asli

Puasa Dapat Mengeluarkan Racun dalam Tubuh

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13448439252053304372

Puasa Dapat Mengeluarkan Racun dari Dalam Tubuh

Sel-sel pada tubuh kita memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperoleh sari makanan dari usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita konsumsi. Jika ada racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut beredar bersama darah ke setiap sel-sel tubuh. Racun yang bisa berasal dari dalam (endogenus) atau dari luar (eksogenus). Untuk dari dalam misalnya sisa metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat stres, gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam tubuh. Jadi, makanan yang kita konsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi ternyata mengandung racun yang tidak kita sadari. Sedangkan faktor eksogenus diantaranya polutan, obat-obatan, hormon pada ternak, produk susu, makanan yang diproses, lemak trans, dan mikroba. Sebenarnya di dalam tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani toksin ini. Berkeringat, pipis, dan BAB merupakan detoksifikasi atau mengeluarkan racun dari dalam tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini tidak menuntaskan masalah. Ada saja penyebab yang membuat mekanisme alamiah tadi terganggu. "Bayangkan saja jika sehari saja kita mengalami gangguan BAB. Atau tidak lancar. Berarti tubuh kita menyimpan racun satu hari. Jika berhari-hari otomatis racun menumpuk dan mengendap. Jadi, melalui buang air atau berkeringat saja ternyata tidak cukup,". Untuk itulah kita harus melakukan detoksifikasi secara berkala. Memperbanyak Konsumsi Sayur Detoksifikasi yang benar merupakan jawaban bagi tubuh untuk memperoleh zat-zat gizi yang tepat dan memberi kesempatan tubuh untuk lebih leluasa melakukan pembuangan. Organ yang berperan dalam proses detoksifikasi adalah liver dan saluran usus. Detoksifikasi yang hanya fokus pada pengeluaran racun saja sangat berbahaya sebab memberi tekanan pada kedua organ tadi. Jadi, selain mengeluarkan racun, detoksifikasi juga harus memberi makanan dan mendukung kerja organ-organ tadi. Ada dua sistem detoks. Yang pertama detoks xenobiotik, yakni proses menetralisir toksin dari bahan kimia dan logam berbahaya yang berasal dari makanan dan udara. Sistem kedua adalah detoks antioksidan yang membersihkan zat reaktif terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet, rokok, dan asap hasil pembakaran. Sesungguhnya, puasa yang telah dilakukan bulan Ramadhan merupakan cara mudah dan aman berdetoks. Detoksifikasi sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun selama 30 - 40 hari. Ini hanya ancar-ancar saja. Semakin kita tidak sehat tentu semakin sering dan lama waktu yang diperlukan untuk proses detoksifikasi. Agar tidak kaget jika harus berpuasa selama 30 - 40 hari, berlatihlah untuk berpuasa dua hari dalam seminggu. Saat berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati - organ terbesar dalam tubuh - memang memiliki tugas yang berat. Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa, tentu ada jeda sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sedangkan lambung merupakan keranjang makanan yang tidak protes meski yang masuk adalah makanan "jelek". Bagi pemula, mulailah melakukan proses detoksifikasi dengan lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah segar. Jenis makanan ini memiliki kandungan air dan serat yang tinggi sehingga membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Di samping itu juga sarat dengan vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks tadi. Selanjutnya lakukanlah puasa dan jika membutuhkan, asuplah suplemen khusus detoks. Dalam memilih suplemen, sebaiknya yang mengandung bahan makanan organik. Kurangi semua makanan pembentuk asam selama 3 - 7 hari sebelum melakukan detoks. Begitu juga selama menjalani puasa, tahan dulu keinginan untuk mengonsumsi makanan pembentuk asam tadi. Makanan pembentuk asam adalah makanan yang mengandung protein (hewani), pati, dan lemak (untuk lengkapnya lihat boks). Efek bagi tubuh adalah munculnya asidosis, yakni penurunan keasaman darah (di bawah 7,35). Proses pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama. Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi. Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing crisis. Bentuk dan manifestasinya berbeda-beda tiap orang. Beberapa contoh misalnya warna urine berubah menjadi lebih keruh dan berbau menyengat; sering kentut dengan bau sangat menusuk; pusing, mual, nyeri sendi/otot, batuk atau flu; dan kotoran banyak disertai dengan mukus atau lendir yang cukup pekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline