Kesukaan saya kepada seorang atau grup komedian itu pasang surut, bagai muka air laut yang bergantung pada gaya tarik benda-benda langit seperti matahari dan bulan.
Ada suatu masa saya bisa tertawa karena melihat komedi slapstick, namun di masa yang lain saya begitu menikmati para stand up comedian nyerocos di depan microphone-nya yang mungkin telah dipenuhi aroma tujuh rupa.
Dulu, ketika acara di televisi masih dipenuhi dengan hiburan imporan yang menggemaskan, saya pun menjadi penonton setia film Charlie Chaplin.
Wajah, tampilan, dan gaya pria bernama lengkap Sir Charles Spencer Chaplin KBE ini selalu membuat saya terbahak. Namun, kegandrungan saya akan komedian asal Inggris ini tak begitu lama, karena mulai muncul film-filmnya Jerry Lewis.
Jerry Lewis ini bisa membuat tertawa bahkan hanya karena mata juling yang kerap ia buat. Wajah tampannya mendadak hilang ditelan mimik kocaknya. Lewis cocok sekali ditandemkan dengan Dean Martin, apalagi ketika mereka ada dalam scene bernyanyi.
Sumber gambar: Vienalle
Bila wajah Jerry Lewis selalu terlihat ceria maka lain lagi dengan Carol Burnett. Komedian asal Amerika ini saya sukai karena ekspresi wajahnya yang kerap datar dan tentu saja muatan leluconnya.
Sumber gambar: huffpost
Nah, ada satu lagi sosok komedian perempuan yang saya sukai yaitu Fran Drescher. Wajah cantiknya tak dapat mengalahkan aksi kocaknya. Saya mengenal kegilaan Drescher dalam sitkom "The Nanny" yang kisahnya terinspirasi dari kehidupan sang aktris saat tumbuh besar di Queens.
Fran Drescher dalam The Nanny|Sumber gambar: Vulture