Salah satu cerita rakyat Jawa Barat yang saya sukai adalah Si Kabayan. Ya, sosok lelaki bodoh-bodoh pintar itu merupakan seorang pemalas. Walau pemalas ia memiliki banyak akal, tapi sayangnya si akal dijadikan bala bantuan untuk mendukung sifat malasnya itu. Si Kabayan sendiri memiliki banyak kisah komedi yang selalu membuat saya tergelak.
Cerita rakyat Si Kabayan yang sampai hari ini tidak diketahui siapa penciptanya ini dikisahkan dengan lisan secara turun-temurun dan dikenal sejak abad ke-19. Berdasarkan penelusuran pustaka, Snouck Hurgronje dan H. Hasan Mustapa lah yang menjadi pionir pengumpulan kisah ini. Setelah itu setidaknya 120 kisah Si Kabayan yang telah terkumpul dijadikan bahan disertasi doktoral Lina Maria Coster-Wijsman di Universitas Leiden, Belanda.
Meskipun tanah Sunda dijadikan latarnya namun tema dan moral cerita dari Si Kabayan tetaplah bersifat universal.
Cerita rakyat Si Kabayan ini masuk ke dalam jenis cerita dongeng parabel yaitu cerita yang isinya mengandung nilai-nilai pendidikan sekaligus hikmah hidup dan seringkali memiliki tokoh sentral yang unik.
Bila membaca kisah-kisah Si Kabayan wajah almarhum Kang Ibing lah yang selalu terbayang. Pemilik nama lengkap Raden Aang Kusmayatna Kusumadinata ini sangat menjiwai perannya sebagai Kabayan sehingga di hati saya tak ada yang dapat menggantikan tempatnya termasuk Almarhum Didi Petet sekali pun.
Nah, ada beberapa kisah Si Kabayan yang pernah saya baca seperti yang berjudul "Si Kabayan Memetik Buah Nangka" begitu kira-kira bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Dalam cerita ini Si Kabayan diperintahkan mertuanya untuk memetik buah nangka yang telah matang di kebun. Si Kabayan malas membawa nangka yang berat apalagi harus berjalan kaki, lalu ia pun mehanyutkan nangka itu di sungai.
Ada lagi cerita yang tak kalah jenakanya yaitu "Si Kabayan Mengambil Siput."
Suatu kali Si Kabayan disuruh mertuanya mengambil siput di sawah, namun ia hanya diam di galengan sawah. Ketika ditanya mengapa, katanya ia takut karena sawah yang berair jernih itu dalam sekali sampai langit terlihat di sana. Mertuanya kesal, lalu mendorong Si Kabayan hingga terjerembab ke sawah. Si Kabayan pun hanya bisa nyengir karena nyatanya sawah tersebut tidak dalam.
Cerita rakyat Si Kabayan ini memiliki beberapa pesan moral di antaranya adalah jangan menjadi orang pemalas karena sifat malas akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Seperti halnya Kabayan yang malas membawa buah nangka ke rumah malah memilih menghanyutkannya. Hasilnya, nangka entah pergi kemana.
Akan halnya Si Kabayan tidak mau mengambil siput di sawah dengan alasan sawah tersebut terlihat sangat dalam adalah pencerminan dirinya yang tak mau berkorban. Ya, dalam hidup ini hendaknya kita harus rela berkorban demi mencapai suatu tujuan karena sejatinya tak ada pengorbanan yang sia-sia.
Sekian.