Lihat ke Halaman Asli

Ika Septi

TERVERIFIKASI

Lainnya

Bush Segera Rilis Album Baru Bertajuk "The Mind Plays Tricks On You"

Diperbarui: 16 Oktober 2019   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bush formasi terakhir

Matt Diehl, jurnalis Rolling Stone boleh saja mengatakan bahwa Bush adalah band peniru Nirvana yang paling sukses dan tak tahu malu namun tak dapat dipungkiri bahwa grup asal Inggris ini telah mencetak banyak hits dengan jumlah penjualan album yang cukup mencengangkan.

Tak ada yang salah dengan Bush. Mereka adalah band yang kebetulan memiliki frontman berwarna vokal mirip dengan mendiang Kurt Cobain walaupun suara Gavin Rossdale lebih halus dan jernih. Beberapa lagunya memang terdengar bagai milik Nirvana, namun tak serta merta menenggelamkan ciri khas musik yang mereka bawakan.

Ya, Bush adalah salah satu band post-grunge pertama yang dikenal khalayak.  Band yang awalnya digawangi oleh Gavin Rossdale, Nigel Pulsford, Robin Goodridge, and Dave Parsons itu menancapkan taringnya di tahun 1994 dimana era grunge mulai memudar yang ditandai dengan tewasnya Kurt Cobain, berputar haluannya Soundgarden ke ranah mainstream dan berubahnya musik Pearl Jam dalam album ketiga mereka, Vitalogy.

Di saat Brit Pop menggema di negaranya, Bush memilih untuk berpaling dan mengarahkan kekuatan musiknya ke negara yang tengah dihebohkan dengan aliran grunge.  Ya, lagaknya The Pixies terdengar lebih seksi daripada The Kinks.  Album debutan mereka yang berjudul "Sixteen Stone" tidak cocok berdampingan dengan Parklife-nya Blur atau Definitely Maybe milik Oasis.

Kedua belas lagu dalam "Sixteen Stone" terdengar sangat 'grunge'.  Hal inilah yang membuat Bush lebih berjaya di Amerika dibandingkan di negara asalnya selain rekaman pertama mereka memang dilakukan di sana.

Sixteen Stone melahirkan 5 hits  masing-masing Everything Zen, Little Things, Comedown, Glycerine, serta Machinehead dan diganjar 6 kali sertifikat platinum namun kepopulerannya bagai sebuah bayangan karena mereka jarang diperbincangan.

Dua tahun kemudian, Bush merilis album bertajuk "Razorblade Suitcase."  Album ini menduduki peringkat satu selama 2 minggu berturut-turut.  Alih alih mendapatkan puja-puji dari kritikus, Bush selalu dilingkari dengan banyak cemohan dan cercaan kejam padahal mereka telah menjual berjuta-juta kopi album di seluruh dunia.

Album kedua yang diproduseri oleh Steve Albini yang juga merupakan produser album "In Utero" milik Nirvana ini memperlihatkan keinginan Bush untuk mulai bereksperimen dengan warna musik yang sedikit berbeda dengan album pertama mereka.  Album ini terdengar lebih murung dan melow dibandingkan dengan "Sixteen Stone."

Album yang dikritik kiri kanan depan belakang  sebagai album yang hambar, tidak menarik, dan tidak bernyawa ini hanya menghasilkan satu hits saja yaitu 'Swallowed.' Ouch, tahun yang berat bagi Gavin Rossdale dan kawan-kawan rupanya.

Gavin Rossdale

Kesialan Bush ternyata berlanjut di album ketiga mereka "The Science of Things". Album ini memberi masa-masa buruk kepada band yang pernah berseteru dengan grup bernama sama asal Kanada. Bush memang dikenal sebagai band yang warna musiknya tidak konsisten, contohnya ya di album ini.  Betapa musik elektronik dan synth telah merasuki mereka, hal itu membuat banyak penggemar menjadi hilang rasa. Namun demikian, walaupun lambat, album ini dapat meraih sertifikat platinum dengan sokongan penampilan mereka di acara Woodstock'99.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline